Show simple item record

dc.contributor.authorNIKMATUL RAHMAH
dc.date.accessioned2013-12-12T06:36:38Z
dc.date.available2013-12-12T06:36:38Z
dc.date.issued2013-12-12
dc.identifier.nimNIM060210101018
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/8562
dc.description.abstractUmumnya, guru dalam menyampaikan pelajaran matematika belum berdasarkan pengetahuan awal siswa dan pemberian materi berdasarkan pola pikir deduktif. Dengan pola pikir deduktif, siswa hanya akan d ituntut untuk menerima atau menghafal konsep yang diberikan guru sedangkan dengan pola pikir induktif, siswa akan memperoleh pengalaman belajar baru dengan harapan konsep yang mereka peroleh dapat bertahan lama dimulai dengan contoh-contoh, yaitu hal-hal yang khusus, selanjutnya pada suatu kesimpulan atau sifat yang umum seperti definisi atau teorema. Model pembelajaran yang erat kaitannya dengan permasalahan tersebut adalah model siklus belajar empiris induktif. dengan pendekatan konstruktivisme Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tindakan pembelajaran model siklus belajar empiris induktif dengan pendekatan konstruktivisme sub pokok bahasan segiempat, mengkaji aktivitas siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII B MTsN Jember III Tanggul tahun ajaran 2009/2010. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah : (1) observasi; (2) wawancara; (3) tes; dan (4) dokumentasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang menggunakan dua siklus . Analisa data yang digunakan terdiri dari : (1) analisa deskriptif kualitatif berupa data hasil observasi aktivitas siswa dan guru; (2) analisa deskriptif kuantitatif berupa data skor dari LKS, tes akhir dan data numerik dari observasi aktivitas si swa. ix Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut. a. Pada fase eksplorasi, siswa terlihat bersemangat dalam melaksanakan pembelajaran model siklus belajar empiris induktif dengan pendekatan konstruktivisme. Hal ini dapat dilihat dari terlaksananya tugas yang d iberikan guru khususnya dalam menemukan konsep segiempat. Miskonsepsi terjadi pada fase pengenalan konsep, misalnya L persegi = s x s x s x s. Pada fase aplikasi konsep, beberapa siswa kurang mampu dan kurang teliti dalam memahami soal aplikasi konsep, misalnya mereka sulit untuk menuliskan kembali dalam rumus bahwa panjang kebun dua kali lebarnya , namun setelah guru memberikan bimbingan siswa dapat meneruskan kembali langkah -langkah berikutnya. b. Pada siklus 1, aktivitas siswa dalam melakukan eksperimen sebesar 87,5%, aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS sebesar 99,6%, aktivitas siswa dalam diskusi kelompok sebesar 75%, penyampaian hasil diskusi sebesar 66,7%, perhatian terhadap pelajaran sebesar 100%, kerjasama dalam kelompok sebesar 78,3% dan interaksi siswa dengan guru sebesar 71,9%. Pada siklus 2, aktivitas siswa dalam melakukan eksperimen sebesar 100%, aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS sebesar 100%, aktivitas siswa dalam diskusi kelompok sebesar 85,4%, penyampaian hasil diskusi sebesar 75%, perha tian terhadap pelajaran sebesar 100%, kerjasama dalam kelompok sebesar 96,7% dan interaksi siswa dengan guru sebesar 76,4%. c. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 ketuntasan hasil belajar si swa mencapai 65% sedangkan pada siklus 2 persentase ketuntasan hasil belajar siswa mecapai 87,5%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme model siklus belajar empiris induktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries060210101018;
dc.subjectPEMBELAJARAN MATEMATIKA, EMPIRIS INDUKTIFen_US
dc.titlePEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN SEGIEMPAT KELAS VII MTsN JEMBER III TANGGUL SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2009/2010en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record