Show simple item record

dc.contributor.advisorFransiska M.C
dc.contributor.advisorDewi Dianasari
dc.contributor.authorRIZQI, PUTRI EFINA TSAMROTUL
dc.date.accessioned2018-04-26T04:11:44Z
dc.date.available2018-04-26T04:11:44Z
dc.date.issued2018-04-26
dc.identifier.nim132210101027
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/85605
dc.description.abstractParasetamol digunakan secara luas sebagai analgesik dan antipiretik yang banyak ditemukan di toko obat, apotek maupun sebagai obat resep. Meskipun parasetamol relatif aman pada dosis terapi, namun bila digunakan dalam jangka panjang dan overdosis maka dapat menyebabkan nekrosis hati yang berakibat fatal. Di Amerika Serikat, setiap tahunnya sekitar 30.000 pasien harus dirawat di rumah sakit dikarenakan hepatotoksisitas parasetamol. Salah satu indikator kerusakan sel hati adalah meningkatnya kadar enzim transaminase di dalam darah. Enzim yang sering digunakan dalam menilai kerusakan hati adalah Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT). Kerusakan hati dapat diminimalisir salah satunya dengan penggunaan tanaman obat. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai hepatoprotektor adalah pepaya. Kandungan senyawa beta karoten, vitamin C, vitamin E, alkaloid, flavonoid, terpenoid mampu meredam radikal bebas sehingga diduga dapat berfungsi sebagai hepatoprotektor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sari buah pepaya (Carica Papaya L.) terhadap kadar SGOT dan SGPT mencit yang diinduksi parasetamol. Jenis penelitian ini adalah true experimental laboratories dengan rancangan penelitian pre test post test control group design. Pada penelitian ini digunakan hewan coba berupa mencit jantan galur Balb-C yang memiliki kadar SGOT dan SGPT normal sebanyak 25 ekor yang kemudian dibagi menjadi 5 kelompok yaitu, kelompok normal, kelompok negatif, kelompok perlakuan dosis 200 mg/kgBB, kelompok perlakuan dosis 400 mg/kgBB dan kelompok perlakuan dosis 600 mg/kgBB. Perlakuan terhadap hewan uji dilakukan selama 7 hari. Pada hari ke-7, semua kelompok kecuali kelompok normal diinduksi parasetamol dosis 300 mg/kgBB. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-8 melalui mata. Sampel darah mencit digunakan untuk menguji kadar SGOT dan SGPT mencit. Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji LSD untuk pengukuran kadar SGOT dan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-whitney untuk pengukuran kadar SGPT, kadar SGOT dan SGPT pada mencit kelompok negatif yang diinduksi parasetamol 300 mg/kgBB dibanding kelompok normal yang tidak diinduksi parasetamol memiliki perbedaan yang signifikan. Kadar SGOT dan SGPT pada semua kelompok perlakuan dibanding kelompok negatif yang diinduksi parasetamol memiliki perbedaan yang signifikan. Pada pengukuran kadar SGOT, kelompok perlakuan dosis 400 mg/kgBB dan 600 mg/kgBB tidak berbeda signifikan dengan kelompok normal. Sedangkan pada pengukuran kadar SGPT, semua kelompok perlakuan berbeda signifika dengan kelompok normal. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian sari buah pepaya dapat menghambat kenaikan kadar SGOT dan SGPT mencit yang diinduksi parasetamol. Hanya dosis 400 mg/kgBB dan 600 mg/kgBB yang mampu mempertahankan kadar SGOT normal mencit, namun ketiga dosis perlakuan belum mampu memepertahankan kadar SGPT normal mencit yang diinduksi parasetamol.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectSari Buah Pepayaen_US
dc.subjectKadar SGOTen_US
dc.subjectSGPTen_US
dc.subjectParasetamolen_US
dc.titlePENGARUH PEMBERIAN SARI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP KADAR SGOT DAN SGPT MENCIT YANG DIINDUKSI PARASETAMOLen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record