OPTIMASI TWEEN 80 DAN LESITIN DALAM NANOEMULSI ANTIMIKROBA MINYAK BIJI KETUMBAR (Coriandrum sativum L.)
Abstract
Minyak atsiri telah banyak dimanfaatkan dalam penyembuhan berbagai penyakit dan sudah terbukti, baik secara empiris maupun secara ilmiah. Minyak atsiri juga merupakan antimikroba alami yang aktif terhadap bakteri, virus, dan jamur yang telah terbukti secara ilmiah oleh banyak peneliti. Rempah-rempah dapur yang menghasilkan minyak atsiri diketahui memiliki aktivitas sebagai antimikroba. Ketumbar merupakan salah satu rempah-rempah dapur yang menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri dari bijinya diketahui memiliki aktivitas biologi yaitu sebagai antibakteri terhadap bakteri patogen manusia, antara lain Staphylococcus aureus, Streptococcus haemolyticus, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli dan Listeria monocytogenes Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa minyak biji ketumbar meniliki konsentrasi hambatan minimum (KHM) terhadap bakteri gram negatif, yaitu E. coli sebesar 0,23% dan terhadap bakteri gram positf, yaitu S. aureus sebesar 0,4%. Minyak atisiri memiliki kekurangan yaitu bersifat mudah menguap dan mudah terdekomposisi oleh panas, kelembaban udara, cahaya, maupun oksigen. Sifat minyak atsiri yang mudah menguap tersebut menyebabkan bioavailabilitas minyak atsiri akan menurun. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pengembangan bentuk sediaan dan formulasi yang dapat menutupi kekurangan dari minyak atsiri, sehingga minyak atsiri dapat memiliki efek optimal dalam sediaan, salah satunya yaitu sediaan nanoemulsi. Ukuran droplet yang kecil dalam nanoemulsi menjadikan sediaan nanoemulsi memiliki luas permukaan yang besar dan dapat meningkatkan penetrasi, selain itu nanoemulsi diketahui juga dapat meningkatkan availabilitas komponen dari minyak atsiri Nanoemulsi merupakan emulsi dengan ukuran droplet berkisar antara 100 nm sampai 500 nm. Ukuran droplet nanoemulsi yang kecil dapat meningkatkan luas permukaan sediaan dan meningkatkan penetrasi dari zat aktif atau bahan obat. Salah satu komponen yang penting dalam nanoemulsi yaitu surfaktan. Surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan antar muka dengan cara mengurangi gaya tolak-menolak antara cairan yang tidak saling bercampur serta mengurangi gaya tarik-menarik antar molekul yang saling bercampur. Pada penelitian ini digunakan Tween 80 dan Lesitin sebagai surfaktan. Tween 80 dipilih karena merupakan salah satu surfaktan non-ionik yang paling sering digunakan dalam nanoemulsi dan bersifat non-toksik, dan non-iritan. Lesitin dipilih karena merupakan surfaktan alami yang memiliki HLB 4. Lesitin memiliki sifat yang terlalu lipofilik, sehingga perlu dikombinasi dengan surfaktan lain, yaitu Tween 80. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan proporsi Tween 80 dan Lesitin memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap zona hambat, transmitan dan viskositas. Proporsi Tween 80 dan Lesitin memberikan pengaruh yang negatif terhadap zona hambat dan viskositas, namun kombinasi keduanya memberikan pengaruh yang positif terhadap zona hambat dan viskositas sehingga dapat meningkatkan nilai zona hambat dan viskositas. Pada respon transmitan, proporsii Tween 80, Lesitin dan kombinasi keduanya memberikan pengaruh yang positif terhadap nilai transmitan.
Analisis menggunakan aplikasi Design Expert Trial versi 11.0.0.5 menghasilkan formula optimum nanoemulsi minyak biji ketumbar yang stabil dengan pH 5,5, bobot jenis 1,088; dan viskositas 119 mPas. Karakteristik fisik nanoemulsi minyak biji ketumbar yaitu memiliki ukuran partikel rata-rata sebesar 133 nm, bersifar monodispersi dengan indeks polidispersi sebesar 0.328.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]