dc.description.abstract | Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang secara
global prevalensinya cukup tinggi. Kombinasi antioksidan, inhibitor α-amilase dan α-
glukosidase merupakan langkah efektif dalam terapi pengobatan DM. Obat
antidiabetik seperti akarbosa yang merupakan inhibitor sintetik α-amilase dan α-
glukosidase memiliki efek samping pada gastrointestinal, sedangkan antioksidan
sintetik seperti butil hidroksianisol (BHA) bersifat karsinogenik. Kondisi ini
menyebabkan banyak usaha dilakukan saat ini untuk mencari inhibitor dan
antioksidan alami yang berasal dari bahan alam. Bidara upas (Merremia mammosa
(Lour.) Hallier f. merupakan bahan baku obat tradisional yang tumbuh di kawasan
Taman Nasional Meru Betiri. Wahyudi (2015) menunjukkan bahwa ekstrak nheksana
daun Bidara upas memiliki aktivitas antioksidan dan antidiabetik paling baik
dibandingkan dengan ekstrak etil asetat dan metanol, sehingga perlu dilakukan
pemisahan lebih lanjut untuk mengetahui senyawa yang berpotensi sebagai
antioksidan dan antidiabetik.
Ekstrak n-heksana dari daun Bidara upas (Merremia mammosa (Lour.) Hallier
f. difraksinasi dengan menggunakan kromatografi kolom. Kromatografi kolom
merupakan salah satu metode pemisahan senyawa didasarkan pada interaksi senyawa
terhadap fasa diam dan fasa gerak, dalam penelitian ini eluen yang digunakan
digradien dari pelarut n-heksana, diklorometana, dan etil asetat.
Aktivitas fraksi hasil kromatografi kolom sebagai antioksidan dianalisis melalui
uji peredaman radikal DPPH. Radikal DPPH digunakan untuk melihat aktivitas fraksi
sebagai antioksidan secara umum. Aktivitas fraksi dalam meredam radikal DPPH
tersebut dilakukan pada konsentrasi fenolik yang sama dibandingkan untuk menentukan fraksi yang paling aktif sebagai antioksidan. Vitamin C digunakan
sebagai standar dalam analisis antioksidan. Sedangkan aktivitas fraksi sebagai
inhibitor enzim dianalisis melalui uji inhibisi α-amilase dan α-glukosidase. Fraksi
yang memiliki persen penghambatan tertinggi pada α-amilase dan α-glukosidase pada
konsentrasi fenolik yang sama dianggap sebagai fraksi yang paling aktif sebagai
inhibitor. Akarbosa digunakan sebagai standar dalam analisis inhibisi α-amilase dan
α-glukosidase.
Data aktivitas antioksidan dan antidiabetik fraksi dari ekstrak n-heksana daun
Bidara upas hasil kromatografi pertama dibandingkan pada konsentrasi fenolik yang
sama untuk menentukan satu fraksi yang paling aktif dari total 12 fraksi yang
mempunyai aktivitas antioksidan dan antidiabetik paling tinggi. Hasil analisis
menunjukkan bahwa fraksi MM- 7 mempunyai persen peredaman radikal DPPH,
penghambatan α-amilase dan α-glukosidase paling tinggi sehingga fraksi inilah yang
akan direkromatografi kolom.
Fraksi yang diperoleh dari proses rekromatografi kolom yaitu sebanyak 3
fraksi, selanjutnya fraksi tersebut diuji aktivitas antioksidan dan antidiabetik lagi.
Aktivitas fraksi hasil rekromatografi kolom sebagai antioksidan dan antidiabetik
dibandingkan untuk menentukan satu fraksi yang paling aktif dari 3 fraksi hasil
rekromatografi kolom yang kemudian dipilih untuk dianalisis lebih lanjut. Hasil
analisis ketiga fraksi hasil rekromatografi kolom menunjukkan bahwa fraksi MM 7.3
mempunyai aktivitas antioksidan dan antidiabetik cukup tinggi dengan nilai persen
peredaman radikal DPPH sebesar 94.02 % , penghambatan α-amilase sebesar 90,03%
dan penghambatan α-glukosidase sebesar 90.11 % yang mana nilai ini lebih besar
dibandingkan dengan standar vitamin C yaitu 67.81% dan standar akarbosa yaitu
sebesar 88.79 % (penghambatan α-amilase) dan 86.81% (penghambatan α-
glukosidase). Secara keseluruhan fraksi MM 7.3 mempunyai aktivitas antioksidan
dan antidiabetik paling tinggi dibandingkan dengan standar vitamin C, akarbosa dan
fraksi lainnya. | en_US |