HUBUNGAN PENATALAKSANAAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PASIEN TUBERCULOSIS PARU YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RS. PARU JEMBER
Abstract
Penyakit tuberculosis menjadi masalah kesehatan dunia khususnya di Indonesia. Dengan 2 juta kematian dan 8 juta kasus baru setiap tahunnya. Sepertiga populasi penduduk dunia terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis, tetapi hanya 5 — 10 % dari populasi tersebut mempunyai resiko terjadi tuberculosis aktif dalam 1 atau 2 tahun setelah infeksi (tuberculosis primer) atau setelah itu (tuberculosis post primer). Khusus untuk Indonesia, data WHO baru-baru ini menunjukkan bahwa Indonesia penyumbang kasus terbesar ketiga di dunia dengan jumlah penderita baru 581000 orang dan penderita tuberculosis menular 262.000 orang pertahunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara penatalaksanaan nutrisi dengan status gizi pasien tuberculosis paru yang menjalani rawat inap di RS. Paru Jember. Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara pengambilan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi keadaan klinis pasien. Sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan rekam medis. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan di bangsal rawat inap kelas 3 RS. Paru Jember. Dengan mengambil sampel pasien tuberculosis paru BTA (-) dan (+), berjenis kelamin laki-laki, berusia >25 tahun, waktu rawat inap 12 hari, dan tanpa mengalami komplikasi medis lain.
Hasil penelitian didapatkan gambaran status gizi pasien tuberculosis paru. Pada pasien BTA (-) didapatkan nilai rata-rata status gizi pasien sebelum dan sesudah mendapat asupan nutrisi sebesar (17,46 +- 5.05) dan (17,41 +- 5,13). Sedangkan untuk pasien BTA (+) didapatkan nilai rata-rata status gizi pasien sebelum dan sesudah mendapat asupan nutrisi sebesar (14,95 ± 2,69) dan (14,41 +- 2,66). Hasil diatas menunjukkan tidak ada perubahan bermakna antara nilai satus gizi sebelum dan sesudah mendapat asupan nutrisi.
Dengan menggunakan uji statistik chi-square didapatkan nilai korelasi chi-square sebesar 2.579 dengan nilai P (derajat kemaknaan) 0.275, artinya P > 0.05. Berarti pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penatalaksanaan nutrisi dengan status gizi pada pasien tuberculosis paru BTA (-) dan BTA (+).
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya asupan nutrisi yang sehat dan seimbang demi tercapainya derajat kesehatan yang optimal. Serta peningkatan pelayanan gizi yang lebih baik pada RS Paru Jember, agar status gizi pasien tuberculosis paru dapat meningkat.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]