| dc.description.abstract | Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman hayati, termasuk tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Daun Jati Belanda dan Kelopak Bunga Rosella telah lama digunakan secara empiris untuk pengobatan hiperlipidemia. Hiperlipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan salah satu atau lebih dari kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid, dan trigliserida. Pengkombinasian daun Jati Belanda dan Kelopak Bunga Rosella merupakan salah satu cara untuk mendapatkan efek yang optimal dalam pengobatan. Daun Jati Belanda dan Kelopak Bunga Rosella memiliki mekanisme kerja yang berbeda, sehingga memungkinkan terjadinya efek komplementer yang dapat meningkatkan efektivitasnya. Di pasaran sendiri telah terdapat beberapa produk jamu yang mengandung Daun Jati Belanda atau Kelopak Bunga Rosella. Namun jamu yang ada di pasaran memiliki kelemahan diantaranya memiliki rasa dab yang kurang menyenangkan, sehingga dibutuhkan suatu pngembangan formulasi salah satunya dalam bentuk granul effervescent.
Formula granul effervescent tersebut terdiri dari sumber asam dan basa. Asam yang digunakan adalah asam sitrat, sedangkan basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat. Dilakukan optimasi jumlah asam dan basa menggunakan desain faktorial untuk mengetahui formula optimum serta interaksi antar keduanya terhadap respon. Level rendah asam sitrat yang digunakan adalah 600 mg sedangkan level tingginya yaitu 1200 mg. Level rendah natrium bikarbonat yang digunakan adalah 720 mg sedangkan level tinggi yang digunakan adalah 1440 mg. Respon yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelembaban dan waktu larut. Respon kelembaban dan waktu larut dianalisis menggunakan program Design Expert Trial 10.0.6 untuk memperoleh komposisi optimum sesuai kriteria. Kriteria kelembaban yang digunakan adalah 1-3%. Sedangkan kriteria waktu larut yang digunakan adalah 60-120 detik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua formula granul effervescent telah memenuhi persyaratan kelembaban yaitu ≤5%. Formula yang memiliki kelembaban paling rendah adalah formula b, sedangkan formula yang memiliki kelembaban paling tinggi adalah formula a. Perbedaan kelembaban tersebut dipengaruhi oleh adanya asam sitrat dan natrium bikarbonat. Semakin banyak asam sitrat yang digunakan maka akan semakin tinggi kelembaban yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan asam sitrat memiliki sifat higrosopis. Pada pengujian waktu larut, formula b memilki waktu larut yang paling minimum. Hal ini disebabkan karena formula b memiliki kelembaban yang rendah, maka akan memudahkan granul menarik air ketika dimasukkan dalam air sehingga dapat mempercepat kelarutan.
Berdasarkan hasil pengolahan data respon kelembaban dan waktu larut menggunakan design expert versi trial 10.0.6 didapatkan komposisi optimum untuk granul effervescent yang menuhi kriteria respon, yaitu pada formula (b) dengan jumlah asam sitrat sabesar 600 mg dan natrium bikarbonat sebesar 1440 mg dengan prediksi kelembaban 1,81% dan waktu larut 88,33 detik. Hasil uji Kruskal-Wallis pada penilaian warna, aroma, dan rasa formula granul effervescent menunjukkan signifikansi ≥0,05, artinya tidak ada perbedaan bermakna terhadap kesukaan responden pada warna, aroma dan rasa dari formula optimum maupun ketigaformula granul effervescent yang lain. | en_US |
