KINERJA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN MELALUI PELAKSANAAN GERAKAN BONDOWOSO PERTANIAN ORGANIK (BOTANIK) DI KECAMATAN TAPEN KABUPATEN BONDOWOSO
Abstract
Penelitian ini membahas tentang Kinerja implementasi kebijakan
ketahanan pangan. Pemerintah Kabupaten Bondowoso dalam upaya
meningkatkan ketahanan pangan menggulirkan program Gerakan Bondowoso
Pertanian Organik (Gerakan Botanik). Oleh sebab itu, peneliti mengambil studi
kasus tentang Pelaksanaan Gerakan Bondowoso Pertanian Organik (Gerakan
Botanik) dengan lokus penelitian di Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kinerja implementasi
Kebijakan Ketahanan Pangan melalui Pelaksanaan Botanik di Kecamatan Tapen
Kabupaten Bondowoso. Mengingat tujuan dari Pelaksanaan Gerakan Botanik
sangat kompleks, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan petani, maka
diperlukan suatu pengukuran kinerja implementasi kebijakan.
Pengukuran kinerja Pelaksanaan Gerakan Botanik di Kecamatan Tapen
Kabupaten Bondowoso dilakukan dengan menggunakan dua indikator, yaitu
indikator policy output yang terdiri dari akses, cakupan, frekuensi, bias, ketepatan
layanan, akuntabilitas, dan kesesuaian program dengan kebutuhan. Kemudian
untuk indikator policy outcomes terdiri dari initial outcome, intermediate
outcome dan long-term outcome. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pemilihan
informan dilakukan dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling.
Kemudian untuk teknik dan alat perolehan data didapatkan melalui teknik
observasi, dokumentasi, wawancara dan triangulasi.
Berdasarkan pengukuran indikator policy ouput dan policy outcomes,
didapatkan hasil bahwa kinerja Pelaksanaan Gerakan Botanik di Kecamatan
Tapen Kabupaten Bondowoso berkinerja tinggi. Dikatakan tinggi karena jika
dilihat dari indikator policy output, hanya dua indikator yang tidak berjalan efektif
yaitu pada akuntabilitas dan kesesuaian program dengan kebutuhan. Sedangkan
indiator akses, cakupan, frekuensi, dan bias sudah berjalan dengan efektif.
Kemudian dilanjutkan dengan indikator policy outcomes, dimana initial outcome
dan intermediate outcome telah tercapai, sedangkan untuk long-term outcome
belum bisa tercapai. Mengingat kesejahteraan petani bukanlah hal yang mudah
untuk dicapai, diperlukan suatu usaha lebih baik oleh para petani dan Pemerintah
Kabupaten Bondowoso.
Hasil penelitian juga menunjukkan faktor-faktor yang berkontribusi pada
tingginya kinerja Pelaksanaan Gerakan Botanik adalah faktor komunikasi yang
telah berjalan efektif dengan adanya sebuah sosialisasi dengan sistem koordinasi
antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan koordinasi antara Kabupaten,
Kecamatan dan desa. Sumberdaya dalam hal ini adalah PPL masih kurang
memadai. Namun hal tersebut tidak menyebabkan kinerja implementasi menjadi
rendah. Disposisi yaitu menyangkut komitmen PPL serta anggota BPP dalam
mengarahkan kelompok tani berjalan efektif. Hal ini dibuktikan dengan komitmen
dilakukannnya petak perontohan atau yang disebut dengan demplot. Sedangkan
untuk Struktur Birokrasi, belum adanya SOP terkait Pelaksanaan Gerakan
Botanik, hanya mengacu pada tugas tim koordinasi yang tercantum dalam
Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Botanik. Namun untuk
pertanian cluster telah tersedia SOP. Kemudian penyebaran tanggung jawab
(fragmentasi) disesuaikan pada masing-masing SKPD.
Berdasarkan beberapa faktor tersebut, kemudian peneliti memberikan
saran agar Pemerintah Kabupaten Bondowoso terus meningkatkan kinerja
implementasi Pelaksanaan Gerakan Botanik, yaitu pertama, Pemerintah
Kabupaten Bondowoso perlu meningkatkan koordinasi. Kedua, perlu melakukan
penambahan Penyuluh Lapang (PPL). Ketiga, Perlu adanya Standard Operating
Procedures (SOP). Terakhir Perlu meningkatkan pengawasan dan pemantauan
masing-masing SKPD.