PENGARUH PEMBERIAN MINYAK IKAN LEMURU (Sardinella longiceps) DAN MINYAK IKAN MANHADEN (Brevoortia tyrannus) TERHADAP KADAR KALSIUM TULANG FEMUR TIKUS WISTAR JANTAN
Abstract
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia dan merupakan mineral penyusun hidroksiapatit terbesar (Tjokoprawiro,
2000). Jika kadar kalsium ini turun atau tidak memenuhi kebutuhan
metabolismetubuh, homeostasis akan terganggu yaitu meningkatnya produksi
hormon paratiroid yang menyebabkan meningkatnya pula aktivitas osteoklas
sehingga terjadi resorbsi tulang secara dini. Hal ini dilaporkan dapat dicegah
dengan cara memperbaiki asupan gizi sehingga asupan dan kebutuhan tubuh akan
kalsium terpenuhi, salah satunya dengan mengonsumsi minyak ikan. Minyak ikan
yang dikonsumsi dapat berasal dari jenis ikan yang berbeda seperti minyak ikan
lemuru dan minyak ikan menhaden.Kandungan asam lemak omega-3 dan vitamin
D dalam minyak ikan dapat menjaga dan meningkatkan kadar kalsium (Indahyani,
2001). Asam lemak omega-3dalam minyak ikan yang berperan dalam
meningkatkan kadar kalsium adalah EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA
(docosahexaenoic acid). EPA dan DHA diharapkan dapat menjaga dan
meningkatkan kadar kalsium dalam tubuh karena mempunyai kemampuan untuk
menurunkan mediator resorbsi tulang yaitu PGE2, IL-1, IL-6, dan TNF-α.
Sedangkan vitamin D dalam bentuk aktif yaitu 1,25 dihidroksikolikalsiferol dapat
meningkatkan absorbsi kalsium (Ca) pada usus (intestinal). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak ikan lemuru dan minyak
ikan manhaden terhadap kadar kalsium pada tulang femur tikus wistar jantan.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yang dilakukan di
Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi dan Laboratorium Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Jember. Rancangan penelitian the post only control
group design.Penelitian ini dibagi menjadi satu kelompok kontrol (K) dan dua
kelompok perlakuan (P). kelompok K terdiri dari 6 ekor tikus wistar jantan yang
diberi asupan larutan aquadest, sedangkan kelompok P terdiri dari 12 ekor tikus
wistar jantan yang diberi asupan minyak ikan, 6 ekor dengan minyak ikan lemuru
dan 6 ekor dengan minyak ikan menhaden. Pemberian aquadest dan minyak ikan
dilakukan secara intra gastric selama 28 hari. Selanjutnya tikus yang sudah
didekaputasi dengan eter diambil tulang femurnya untuk dilakukan pengukuran
kadar kalsiumnya menggunakan AAS(Atomic Absorption Spectrophotometry).
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah rata-rata kadar kalsium
tulang femur pada kelompok K 446,73 mEq/L; kelompok P1 591,54 mEq/L;
kelompok P2 489,53 mEq/L. Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan
adanya perbedaan. Nilai rerata kadar kalsum yang tinggi dengan menggunakan
AAS menunjukkan kandungan kalsium dalam tulang femur yang tinggi.
Berdasarkan analisa statistik, setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas,
data tersebut menunjukkan perbedaan yang bermakna p= 0,012 (p<0,05) pada uji
One Way Anova. Hal ini menunjukkan minyak ikan manhaden memiliki
kemampuan yang lebih baik dalam meningkatkan kadar kalsium tulang karena
kandungan asam lemak omega-3 yaitu EPA dan DHA yang lebih tinggi dari
minyak ikan lemuru. Kandungan EPA dan DHA inilah yang dapat meningkatkan
kadar level kalsium dengan menurunkan mediator resorpsi tulang dan memenuhi
kebutuhan tubuh akan kalsium. Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa
minyak ikan menhaden mempunyai pengaruh yang lebih baik dalam
meningkatkan kadar kalsium.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]