PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEMPE PADA PERUSAHAAN “TEMPE SUPER SUMBER MAS” DI KABUPATEN JEMBER
Abstract
Pengendalian persediaan bahan baku merupakan salah satu hal yang harus dilakukan oleh perusahaan
yang menjadikan bahan baku sebagai kepentingan utama. Pengendalian persediaan dilakukan untuk
mengatur segala hal yang berkaitan dengan persediaan bahan baku pada sebuah perusahaan dan
bertujuan untuk menjamin apa yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Salah satu perusahaan yang ada di Kabupaten Jember ini menggunakan kedelai sebagai bahan bakunya
dan perusahaan ini juga melakukan pengendalian persediaan bahan baku pada perusahaannya. Adalah
perusahaan Tempe Super Sumber Mas yang berada di Kabupaten Jember, perusahaan tempe ini terletak di
jalan Ciliwung I No. 70 Kecamatan Sumbersari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengendalikan persediaan bahan bakunya yaitu
kedelai yang menyebabkan ketidak teraturan pada persediaannya.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode
pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan data sekunder, data primer diperoleh dari hasil
wawancara dengan objek penelitian melalui key informan, sedangkan data sekunder berupa data
perusahaan dan juga dokumentasi. Analisis data yang dipilih pada penelitian ini adalah analisis
domain dan taksonomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perusahaan “Tempe Super Sumber Mas” memiliki kebijakan dalam
pengendalian persediaan bahan bakunya dengan melakukan pembelian bahan baku, penyimpanan bahan baku
dan penggunaan bahan baku. Pengendalian dilakukan pada pembelian bahan baku, yaitu dengan melakukan
pemesanan ulang saat jumlah persediaan tersisa untuk beberapa kali
produksi dan pengambilan keputusan dilakukan langsung oleh pemilik perusahaan. Penetapan jumlah
pembelian kedelai dengan kuantitas yang berubah- ubah berkaitan dengan kondisi pasar yang sedang
dihadapi oleh perusahaan dan juga frekuensi pembelian bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan
dirasa kurang tepat apabila dilakukan sebanyak empat kali dalam satu bulan agar tidak menimbulkan
penumpukan pada persediaan bahan baku. Pada pengendalian penyimpanan bahan baku, pemilik menerapkan
system kedelai yang dibeli pertama akan dijadikan bahan baku pertama yang diolah. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah kerusakan kedelai. Sedangkan pada penggunaan bahan baku berkaitan dengan
system penyimpanan yang dilakukan, system tersebut sesuai dengan metode FIFO (First in First Out)
yaitu bahan baku yang ada pada tempat penyimpanan lebih awal akan digunakan terlebih dahulu, metode
ini dilakukan untuk mencegah adanya kerusakan kedelai akibat kenaikan tingkat kelembaban kedelai.
Pengendalian persediaan bahan baku diaplikasikan guna mencapai hal yang telah direncanakan