dc.description.abstract | Kasus Avian Influenza (flu burung) merupakan salah satu kasus yang
menjadi wabah internasional dan sudah dikatagorikan sebagai Kejadian Luar
Biasa (KLB) oleh World Health Organization (WHO). Model penyebaran virus
Avian Influenza merupakan sistem Persamaan Diferensial Biasa (PDB) orde
satu yang telah dipublikasikan dalam Jurnal Internasional Medwell oleh Okosun
dari Federal University of Technology. Dalam penelitian ini, penulis melakukan
analisis tingkat efektifitas dari suatu metode numerik yaitu metode Runge-
Kutta order lima dibandingkan dengan metode Runge-Kutta order empat
dan metode Runge-Kutta order lima dengan formulasi yang berbeda terhadap
penyelesaian sistem PDB orde satu tersebut. Software aplikasi yang
digunakan untuk membantu penelitian adalah MATLAB (Matrix Laboratory).
Teorema yang dihasilkan dari penelitian ini adalah:
Teorema 4.1.1 Untuk nilai ukuran langkah sepanjang h maka formula metode
Runge-Kutta order lima adalah yn+1 = yn + h(k1+4k4+k5)
6 dengan,
k1 = f(xn; yn)
k2 = f(xn +
h
3
; yn +
1
3
hk1)
k3 = f(xn +
h
3
; yn + h(
1
6
k1 + k2
1
6
))
k4 = f(xn +
h
2
; yn + h(
1
8
k1 +
3
8
k3))
k5 = f(xn + h; yn + h(
1
2
k1 ¡
3
2
k3 + 2k4))
vii
viii
Teorema 4.2.1 Metode Runge-Kutta order lima adalah metode yang konvergen
karena telah memenuhi sifat jjenjj · h5M6
72^0L
(e(xn¡x0)^L
¡ 1), dimana ^L
adalah
konstanta Lipschitz.
Hasil programming dari metode Runge-Kutta order lima berupa data dan
grafik perkiraan jumlah populasi manusia dan unggas berdasarkan model penyebaran
virus Avian Influenza. Format programming dijalankan terhadap data
kasus penyebaran virus Avian Influenza di Kabupaten Jember, sebab Jember
merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang terkena dampak dari
penyebaran virus Avian Influenza. Data yang didapatkan tersebut berupa data
sekunder yang telah peneliti kaji. Hasil dari simulasi tersebut menunjukkan
bahwa populasi manusia dan unggas yang terinveksi mengalami dinamika
sebelum akhirnya mencapai kondisi yang stabil. Sedangkan untuk populasi
manusia dan unggas yang sehat cenderung mengalami kenaikan dan kemudian
beranjak pula mencapai kestabilan.
Konvergensi metode Runge-Kutta order lima dan metode Runge-Kutta
order empat dapat dikatakan baik karena error (kesalahan) yang dihasilkan semakin
menurun untuk setiap iterasi. Untuk nilai toleransi 10¡2 dan 10¡4 menunjukkan
metode Runge-Kutta order lima lebih cepat mencapai konvergen
dibandingkan dengan metode Runge-Kutta order empat dalam menyelesaikan
model penyebaran virusAvian Influenza (flu burung). Dengan demikian, metode
Runge-Kutta order lima lebih efektif dibandingkan dengan metode Runge-
Kutta order empat. Namun, pengambilan tetapan yang berbeda pada formula
metode Runge-Kutta order lima ternyata mempengaruhi jumlah iterasi yang
dibutuhkan untuk mencapai derajat ketelitian. Dalam hal ini, peneliti menemukan
formula numerik metode Runge-Kutta order lima yang ternyata tidak
lebih efektif dibandingkan dengan metode Runge-Kutta order empat. Dengan
demikian, pengambilan koefisien dan tetapan unik pada metode Runge-Kutta
order lima sangat berpengaruh terhadap proses eksekusi. | en_US |