PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII MTs NEGERI JEMBER 1 FILIAL DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN BERDASARKAN GENDER
Abstract
Berpikir merupakan suatu aktivitas yang melibatkan otak dalam memproses suatu informasi untuk menyelesaikan permasalahah sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Berdasarkan tingkatannya kemampuan berpikir terdiri dari kemampuan berpikir tingkat rendah dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Bassham (2011: 1), berpikir kritis adalah istilah umum dari kemampuan kognitif dan intelektual yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi dengan efektif, menganalisis, dan mengevalusi argumen; untuk menemukan mengatasi preconceptions seseorang; untuk merumuskan alasan yang mendukung kesimpulan; dan untuk membuat keputusan yang masuk akal tentang apa yang harus dipercaya dan apa yang harus dilakukan. Kemampuan berpikir kritis dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah gender.
Secara umum siswa laki-laki sama dengan siswa perempuan, tetapi memungkinkan siswa laki-laki lebih baik dalam bidang matematika tentang pengertian abstrak (Ambarwati dkk.,2014:987). Menurut American Psychological Association (dalam Amir, 2013:25), mengemukakan bahwa kemampuan matematika siswa perempuan tidak lebih buruk dari pada kemampuan matematika laki-laki, namun berdasarkan data PISA 2012 Results: What Students Know and Can Do (Volume I, Revised edition, February 2014), persentase laki-laki yang berada pada level 4-6 lebih tinggi dibanding perempuan.
Penelitian ini dilaksanakan untuk menelaah berpikir kritis siswa dalam penyelesaian soal matematika berdasarkan gender pada materi operasi hitung bilangan pecahan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII MTs Negeri Jember 1 Filial. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes matematika dan pedoman wawancara. Berdasarkan hasil analisis data validasi intrumen didapatkan bahwa soal tes matematika dan pedoman wawancara valid. Instrumen yang telah divalidasi, direvisi sesuai saran validator lalu dilakukan uji keterbacaan untuk soal tes matematika dan dilakukan pengumpulan data. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes dan wawancara. Data yang dianalisis adalah hasil jawaban siswa saat tes dan hasil wawancara siswa yang dijadikan perwakilan.
Berdasarkan hasil tes dan wawancara, terdapat keunikan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menyelesaikan soal matematika. Siswa laki-laki kurang mampu memahami maksud soal sehingga cenderung kesulitan dalam menentukan informasi atau hal-hal yang diketahui pada soal, namun dapat menentukan hal yang ditanya dengan tepat. Mereka kesulitan dalam merepresentasikan permasalahan dalam bahawa matematika hal ini dikarenakan belum adanya pembiasaan untuk menuliskan permasalahan dalam bahasa matematika. Siswa laki-laki kurang mampu menentukan langkah-langkah penyelesain soal hal ini dikarenakan pemahaman tentang materi operesi hitung bilangan pecahan masih kurang. Siswa laki-laki tidak memenuhi semua standar berpikir kritis. Siswa perempuan cenderung dapat menyelesaikan soal tentang pemanenan buah kopi. Mereka dapat memahami soal dengan baik sehingga dapat menuliskan hal yang diketahui, hal yang ditanya, dan dapat merepresentasikan permasalahan yang ada pada soal dalam bahasa matematika walaupun tidak lengkap. Informasi yang ada pada soal diinput dengan tepat dan langkah penyelesaian soal dapat dijelaskan dengan baik, namun kurang teliti dalam perhitungan. Siswa dapat menghubungkan konsep sebelumnya untuk menyelesaikan soal tentang pemanenan buah kopi tapi kesulitan menghubungkan dengan konsep sebelumnya untuk soal luas lahan. Siswa perempuan cenderung memenuhi 2 standar berpikir kritis yaitu clarity dan fairness.