Show simple item record

dc.contributor.advisorSuci D, Agustin Wulan
dc.contributor.advisorMeilawaty, Zahara
dc.contributor.authorRahman, Fazlur
dc.date.accessioned2017-12-20T08:02:05Z
dc.date.available2017-12-20T08:02:05Z
dc.date.issued2017-12-20
dc.identifier.nim101610101014
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/83721
dc.description.abstractDisharmoni oklusi merupakan suatu keadaan patologis oklusi yang disebabkan beberapa faktor seperti kehilangan gigi, karies, atrisi, kelainan jaringan periodontal, bruksism, dan kebiasaan mengunyah satu sisi. Salah satu tanda terjadinya suatu disharmoni oklusi dapat diketahui dengan berkurangnya permukaan oklusal gigi. Disharmoni oklusi dapat menyebabkan gangguan homeostasis tubuh dan dapat memicu kelainan sistemik seperti penyakit kardiovaskuler, kelainan pernafasan, perubahan nutrisi, diabetes militus, abnormalitas postur tubuh dan osteoporosis. Disharmoni oklusi merupakan stresor yang mempengaruhi fisiopsikologi seseorang dan merangsang aktivitas neuroendokrin melalui sistem hipopituitari aksis. Hormon glukortikoid adalah salah satu hormon yang tersekresi akibat adanya stresor. Saat terjadi stres hormon glukortikoid akan mengaktivasi proses glukoneogenesis yaitu mengubah asam amino menjadi glukosa yang diuraikan kedalam darah sehingga menyebabkan perubahan kadar glukosa dalam darah. Apabila kadar glukosa dalam darah berubah dan tidak seimbang maka dapat terjadi hiperglikemi atau hipoglikemi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kadar glukosa darah pada tikus wistar yang mengalami disharmoni oklusi. Sampel terdiri dari 5 ekor tikus (Rattus norvegicus) galur, berjenis kelamin jantan, berumur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 gram. Tikus dalam keadaan sehat. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pretest dan post test. Kelompok tikus yang mengalami disharmoni oklusi diukur kadar glukosa darahnya hari ke-0, 3, 7, 14 dan 21. Sebelum pengambilan darah, hewan coba dipuasakan selama ± 10-12 jam. Tikus diberi perlakuan pengurangan permukaan oklusal gigi molar rahang atas. dan rahang bawah pada kedua sisi sebanyak ± 1 mm dengan menggunakan bur fissure diamond berkecepatan rendah dan dilakukan di atas rat dental chair. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan kadar glukosa dimana tertinggi terjadi pada hari ke-3 (103,4 mg/dL) dan terendah pada hari ke-14 (99,4 mg/dL), sedangkan hasil uji statistik One way Anova menunjukkan nilai rata-rata kadar glukosa darah yang tidak memiliki perbedaan secara signifikan (p>0,05). Hal ini diduga karena pengurangan oklusi hanya dilakukan satu kali dan pada kedua sisi rahang atas dan bawah secara seimbang, sehingga memungkinkan hewan coba beradaptasi selama adanya disharmoni oklusi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu terjadi perubahan kadar glukosa darah pada tikus yang mengalami disharmoni oklusi. Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji hormon yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah pada tikus yang mengalami disharmoni oklusi dengan jarak waktu yang lebih lama serta menggunakan cara disharmoni oklusi yang lain.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectGLUKOSA DARAHen_US
dc.subjectDISHARMONI OKLUSIen_US
dc.titlePERUBAHAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS WISTAR YANG MENGALAMI DISHARMONI OKLUSIen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record