PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PEMISAHAN LOGAM TEMBAGA (Cu) DALAM PROSES EKSTRAKSI EMAS (Au) DARI KOMPONEN KOMPUTER BEKAS
Abstract
Perkembangan IPTEKS yang pesat mamacu manusia menciptakan dan
menginovasi alat bantu elektronik untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Seiring
kemajuan teknologi muncul pula permasalah yaitu berlimpahnya e-waste yang pada
suatu saat nanti akan menjadi pencemar dalam keseimbangan sistem kehidupan di
bumi.
Sebagian besar komponen dalam peralatan elektronik terbuat dari logam, yang
sebagian besar diantaranya berupa logam berharga dan logam mulia (Prasetyo S,
diakses 2011). Logam-logam pada limbah elektronik dapat dimanfaatkan lagi dengan
catatan logam tersebut harus dipisahkan terlebih dahulu. Telah banyak dilakukan
pemisahan logam dari limbah elektronik seperti amalgamasi dan sianidasi. Namun
metode tersebut tidak ramah lingkungan karena menggunakan raksa dan sianida
dalam proses pemisahannya.
Peralatan elektronik yang paling mudah didapatkan emas adalah
mikroprosesor komputer dan motherboard. Selain itu emas yang terkandung di dalam
komponen tersebut lebih banyak daripada kandungan emas pada komponen lain
(Prasetyo S, diakses 2011). Mikroprosessor atau sering disebut prosesor adalah
komponen keras (hardware) berupa IC atau chip yang berfungsi sebagai otak dari PC.
Jumper pada sebuah komputer sebenarnya adalah connector (penghubung) sirkuit
elektrik yang digunakan untuk menghubungkan atau memutus hubungan pada suatu
sirkuit.
Pemisahan logam dari komponen limbah komputer dapat dilakukan dengan
cara elektrolisis. Penelitian ini meneliti pada kondisi bagaimana pemisahan logam
tembaga dari limbah elektronik mencapai titik optimum sehingga dapat diketahui
pada kondisi kosentrasi pelarut berapa persen dan beda potensial berpa volt
vii
pemisahan memberikan hasil optimum. Pelarutan dilakukan menggunakan pelarut
asam sulfat pekat dan proses elektrolisis dijaga pada suhu konstan (27-30ºC). Set alat
elektrolisis menggunakan plat tembaga murni sebagai katoda dan platina sebagai
anoda.
Penentuan titik optimum menggunakan metode optimasi simpleks. Simpleks
merupakan gambar geometri yang mempunyai n + 1 puncak bila suatu respon
dioptimumkan terhadap n faktor (Miller & Miller, 1991). Sampel berupa konektor
mikroprosesor bekas sebanyak ± 0,1 gram diambil secara acak dilarutkan dan
direndam dalam asam sulfat pekat berbagai konsentrasi selama ± 24 jam. Elektrolisis
dilakukan terhadap larutan tersebut selama 2 x 180 menit. Penimbangan massa katoda
dilakukan sebelum dan setelah proses elektrolisis. Selisih massa katoda total
merupakan respon terhadap proses elektrolisi yang diamati dan dibuat persamaan
regresi berganda.
Hasil eksperimen diperoleh titik optimum pemisahan logam tembaga secara
elektrolisis pada konsentrasi asam sulfat 40% dan beda potensial 6 volt. Persamaan
regresi berganda yang diperoleh
dengan Y
penambahan massa katoda, X
1
beda potensial dan X
konsentrasi asam sulfat. Uji
lanjut persamaan diatas memberikan hasil tidak ada hubungan signifikan antara
konsentrasi asam sulfat dengan penambahan massa katoda serta tidak ada hubungan
signifikan anatara penambahan massa katoda dengan beda potensial.
Kadar emas pada sampel berkisar antara 0,003 hingga 0,005 ppm. Kadar emas
yang diperoleh dikaitkan dengan proses pemisahan menghasilkan persamaan regresi
berganda
2
dengan Y adalah kadar
emas, X
1
beda potensial dan X
2
konsentrasi asam sulfat menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan signifikan antara konsentrasi asam sulfat dan beda potensial dengan
kadar emas sampel. Tidak dapat dilakukan uji lanjut pada persamaan ini karena
intersep yang terlampau jauh dengan nilai koefisien X
1
dan X
, selain itu nilai
koefisein X
1
dan X
2
bilangan eksponensial negatif.