dc.description.abstract | Salah satu industri pangan yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku
utama adalah tempe. Sumber Rejeki merupakan salah satu industri tempe rumah
tangga yang masih berproduksi hingga saat ini. Industri tempe yang sudah
berproduksi selama 15 tahun ini mengalami banyak perubahan dalam siklus
produksinya akibat harga kedelai impor yang semakin mahal setiap tahunnya.
Permasalahan harga kedelai impor menjadi masalah besar yang dapat
mengancam industri tempe Sumber Rejeki. Naik dan turunnya harga kedelai
impor tentu sangat berpengaruh terhadap produksi tempe, diantaranya siklus
produksi yang dijalankan, penurunan volume produksi, penurunan penggunaan
bahan baku, hingga penurunan pendapatan. Kenaikan dan penurunan jumlah
produksi akibat fluktuasi harga kedelai impor terjadi hampir setiap bulan selama
tahun 2013-2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perkembangan jumlah produksi tempe dampak kenaikan dan penurunan harga
kedelai impor pada industri tempe Sumber Rejeki periode 2013-2015.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan analisis
trend yang bertujuan untuk menganalisis jumlah produksi tempe Sumber Rejeki
periode 2013-2015. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive
area yaitu pemilihan lokasi yang ditentukan secara sengaja sesuai dengan tujuan
penelitian. Sumber data menggunakan data sekunder dan data primer. Obyek
dalam penelitian adalah industri tempe Sumber Rejeki. Subyek penelitian adalah
Pemilik Sumber Rejeki dan informan dari 2 orang tenaga kerja. Proses
pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumen, observasi dan wawancara,sedangkan proses analisis data menggunakan analisis trend dan analisis data
secara deskriptif kualitatif. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
trend dengan menggunakan metode Kuadrat Terkecil (Least Square).
Hasil penelitian membuktikan bahwa tahun 2013 hingga tahun 2015 harga
kedelai impor mengalami kenaikan dan penurunan harga hampir setiap bulannya.
Harga kedelai impor tertinggi selama tahun 2013-2015 terjadi pada bulan Juli
tahun 2013. Harga kedelai impor mencapai Rp12.000 perkilogram, sedangkan
tempe hanya bisa dijual Rp5000 perbuah. Produsen tempe Sumber Rejeki tidak
dapat menaikkan harga tempe karena takut jika konsumen akan beralih kepada
produsen tempe lainnya. Siasat yang dilakukan oleh produsen tempe Sumber
Rejeki adalah dengan mengurangi input produksi. Cara tersebut pun belum dapat
memaksimumkan laba yang diperoleh produsen, hanya untuk sekedar menutup
modal produksi. Kenaikan harga kedelai impor mengakibatkan penurunan jumlah
produksi tempe hingga 24% dari bulan sebelumnya.
Tidak hanya mengalami kenaikan harga, kedelai impor juga mengalami
penurunan. Harga kedelai impor terendah selama tahun 2013-2015 terjadi pada
bulan Juli tahun 2014 dan mengalami kenaikan jumlah produksi sebesar 22,5%.
Awal tahun 2014 produsen tempe Sumber Rejeki memperbarui mesin pengelupas
kulit kedelai. Tujuannya agar kedelai yang akan diproses menjadi tempe lebih
bersih sehingga dapat menghasilkan jumlah tempe yang maksimal dan memiliki
kualitas yang lebih baik. Selain itu, dapat mempermudah proses produksi dan
mempersingkat waktu produksi.
Permulaan tahun 2014 harga kedelai impor mulai stabil namun belum
dapat dikatakan turun secara drastis. Produsen tempe Sumber Rejeki merasa harga
kedelai impor pada saat itu masih mahal, karena dianggap harga bahan baku
delapan ribu rupiah perkilogram tidak sebanding dengan hasil produksi yang
hanya bisa dijual seribu rupiah perpotong. Tetapi dengan sedikit penurunan harga
tersebut, produsen tempe Sumber Rejeki berusaha untuk memperbaiki kembali
jumlah produksinya pasca kenaikan harga yang mencapai dua belas ribu rupiah
perkilogram pada tahun 2013. | en_US |