“KèJhung” Dalam Masyarakat Madura Di Lumajang: Kajian Etnografi
Abstract
Kéjhung adalah tradisi lisan masyarakat Madura yang diwariskan secara
turun temurun. Kéjhung diturunkan lewat lisan, hal ini berkenaan dengan
keberadaan kéjhung sejak masa dahulu sebelum masyarakat mengenal tulisan.
Kéjhung dapat dituturkan secara fleksibel, jadi penuturannya bisa dilakukan di
segala konteks, pada saat bersantai, berkumpul dengan keluarga, berkumpul
bersama pasangan, dan dalam pertunjukan. Penuturannya bisa dilakukan secara
mandiri atau kelompok, dalam proses penuturannya dapat membuat penutur dan
pendengarnya merasa terharu, sedih, senang, dan sangat senang. Kéjhung juga
banyak mengandung nilai-nilai pendidikan karakter didalamnya. Nilai pendidikan
karakter cinta damai misalnya, kéjhung yang mengisyaratkan makna untuk
menjaga kerukunan sesama manusia maupun kelompok. Fungsi kéjhung pun
sangat beragam, kéjhung bisa berfungsi sebagai media pendukung pertunjukan
masyarakat Madura Lumajang. Kéjhung sebagai media pendukung pertunjukan
sangatlah berguna karena dapat menarik penonton untuk menyaksikan acara
penuturan kéjhung dan acara pertunjukan setelahnya. Proses penuturannya dapat
membuat perasaan penikmat pertunjukan kéjhung merasa terharu, sedih, senang,
dan sangat senang, bahkan tertawa lepas karena kéjhung yang dituturkan
mengandung unsur kelucuan.
Jenis rancangan yang dilakukan dalam penenlitian ini adalah kualitatif.
Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Peneliti
menggunakan kajian etnografi, hal ini berkenaan dengan data yang didapat dan
diamati terdapat dalam budaya lisan. Daerah penelitian yang dipilih adalah
Kabupaten Lumajang karena masih terjaganya ekulturasi masyarakat Madura,
masih banyak kebudayaan, dan seniman kéjhung yang ada disana. Data yang
didapat berupa kéjhung hasil wawancara dan pertunjukan kéjhung yang terdapat dalam CD. Sumber data bisa didapat dari pemikul foklor aktif (panjha dan yaga),
pemikul foklor aktif (penerima warisan yang sekedar mendengar, menonton, dan
menikmati sastra lisan), dan video CD pertunjukan ludruk, tayub, dan kuda
kencak yang berisi pertunjukan kéjhung sebagai media pendukung
pertunjukkannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kéjhung masyarakat Madura di
Lumajang dituturkan secara mandiri dan secara berkelompok. Penuturannya bisa
membuat penutur maupun pendengarnya merasa terharu, sedih, senang, dan
sangat senang. Kéjhung yang dituturkan dalam masyarakat Madura Lumajang
juga banyak ditemukan nilai-nilai pendidikan karakter didalamnya, nilai-nilai
pendidikan karakter yang terdapat di dalam kéjhung adalah nilai pendidikan
karakter religius yang mengajarkan manusia untuk hidup rukun, percaya bahwa
kematian akan datang serta tidak ada yang tahu kapan akan terjadi, dan fungsi
harta di dunia yang bersifat sementara. Nilai pendidikan karakter cinta damai yang
mengajarkan orang menghargai orang lain dan menjaga kerukunan. Nilai
pendidikan karakter demokratis yang mengajarkan manusia untuk menghargai
orang lain dengan cara meminta maaf. Nilai pendidikan karakter tanggung jawab
yang mengajarkan bertanggung jawab untuk tindakan dan ucapan yang telah
dibuat. Nilai pendidikan karakter kreatif yang mengajarkan cara berfikir dan
menghasilkan perkembangan di kehidupan kedepannya.
Kéjhung yang ada di masyarakat Madura Lumajang dapat dilantunkan
secara mandiri dan kelompok, mengandung nilai-nilai pendidikan karakter, dan
berfungsi sebagai media pendidikan nilai budaya, media hiburan, dan media
pendukung pertunjukan. Hasil penelitian belumlah sempurna hendaknya dijadikan
langkah awal untuk penelitian selanjutnya. Kéjhung dalam proses pembelajaran
masih sangat tradisional, maka perlu adanya perhatian pemerintah dan masyarakat
supaya tradisi kéjhung tetap terjaga. Bagi mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia
penelitian ini bisa difungsikan sebagai media penelitian foklor.