dc.description.abstract | Semenjak diterapkannya program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS BPJS) pada tahun 2010, diharapkan dapat berjalan secara efektif terutama dalam penanganan dua jenis penyakit kronis yakni diabetes melitus (DM) tipe 2 dan hipertensi. Terlebih lagi rata-rata biaya manajemen pengobatan yangharus dikeluarkan pemerintah terbilang tinggi sekitar Rp 2.250.000,00 per orangnya. DM memiliki angka kematian cukup tinggi yaitu 184.985 jiwa (International Diabetes Federation, 2015). Setelah itu hipertensi adalah kondisi yang sering dijumpai pada pelayanan kesehatan primer dan memiliki prevalensi mencapai angka 25,8% (Kemenkes RI, 2014). Komplikasi dari kedua penyakit merubah segala persepsi kualitas hidup dari pasien. Kualitas hidup berperan terhadap produktifitas dari penderitanya yang akan menurun. Namun pada penelitian sebelumnya tentang efektifitas PROLANIS BPJS dalam penangan pasien DM tipe 2 memiliki hasil kurang efektif dilihat dari beberapa indikator (Sari, 2014). Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian deskripsi analitik. Metode yang digunakan adalah kuesioner dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Unej Medical Center (UMC) dan rumah responden (home visit). Pengambilan sampel melalui total sampling dilakukan pada bulan Januari 2017. Data primer didapatkan melalui wawancara dengan kuesioner kepada 22 responden. Adapun responden tersebut merupakan 8 pasien DM tipe 2, 12 pasien hipertensi, dan 2 pasien DM tipe 2 dan hipertensi. Analisis statistik menggunakan software SPSS dengan uji korelasi statistik Pearson.
Data yang diambil berupa nilai gap mutu pelayanan yaitu selisih persepsi responden dengan harapan responden dikorelasikan dengan nilai kualitas hidup dari responden. Berdasarkan data yang didapat dilakukan uji mornalitas Saphiro Wilk guna menetukan uji korelasi yang digunakan. Hasil uji normalitas didapatkan nilai signifikansi untuk kualitas hidup p = 0,202 dan untuk mutu pelayanan p = 0,980 sehingga nilai signifikansi keduanya bernilai p>0,05. Hasil signifikansi tersebut menunjukkan bahwa distribusi data adalah normal sesuai dengan uji Saphiro Wilk. Selanjutnya dilakukan pengolahan pada uji korelasi pearson yang didapatkan nilai korelasi (p) 0,072 dan nilai kekuatan korelasi (r) 0,391. Nilai korelasi memiliki arti korelasi positif apabila p < 0,05. Hasil tersebut menjukkan nilai positif namun tidak terdapat korelasi antara dua variabel. Sedangkan r = 0,391 memiliki arti lemahnya hubungan antar dua variabel. Berdasarkan hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa PROLANIS BPJS tidak memiliki hubungan terhadap kualitas hidup dari pasien di UMC secara umum. Namun terdapat korelasi pada dua dimensi kualitas hidup yakni dimensi fungsi fisik dan nyeri tubuh. | en_US |