ANALISIS TINGKAT KEBUTUHAN PEMBANGUNAN DOUBLE TRACK JALUR KERETA API DI JAWA TIMUR RUAS (MADIUN-SURABAYA)
Abstract
Kereta api merupakan salah satu moda trasportasi yang diminati oleh masyarakat. Hal ini tergambar dari hasil survey Badan Pusat Statistik pada tahun 2016, mencatat jumlah penumpang Kereta Api sebanyak 171,8 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan 9,58% sedangkan pengguna jasa angkutan barang dengan moda kereta api sebanyak 16,9 juta ton tingkat perumbuhan 11,18%.
Jalur kereta api antara Madiun-Surabaya sekarang sebagian besar hanya sistem Single Tracking dalam kategori Lintas Raya kelas 2 dan Lintas Raya 4 yaitu kecepatan maksimum yang diijinkan untuk melintasi jalur tersebut sebesar 110km/jam, untuk Lintas Raya kelas 2 dan 90km/jam untuk Lintas Raya 4 (PD No.10) dengan panjang jalur lintasan 172 km. Saat ini kapasitas jalan rel yang tersedia adalah 30-60 perjalanan KA/hari, sedangkan jumlah kereta api yang ber operasi di rute Madiun-Surabaya tertanggal 3 Oktober 2016 adalah 82 rangkaian, 2 rangkaian ini hanyalah rangkaian kereta jasa angkut penumpang dan barang saja tidak termasuk rangkaian KLB.
Penelitian ini hanya akan menguji aspek analisis kapasitas jalan kereta api antara stasiun Madiun–Surabaya dengan Metode UIC (UNION INTERNATIONAL RAIRWAY). Rangkaian Kereta Api penumpang dan barang dalam satu rangkaian antara stasiun Madiun dan Surabaya, tidak termasuk rangkaian Fakultatif maupun rangkaian KLB. Menitik beratkan kepada analisis kapasitas jalan kereta api serta tingat utilisasi optimal jalur kereta api yang dijadikan sampel. Tidak termasuk untuk tindakan penjadwalan ulang kereta api. Peningkatan Fasilitas pelayanan sarana dan prasarana kereta api berupa pembanguan double track, tanpa melakukan penambahan aspek-aspek eksternal dari jalur ganda itu sendiri.
Analisis kapasitas lintas eksisting menggunakan metode penghitungan Kapasitas UIC baik pada lintas eksisting DAOP VII Madiun maupun DAOP VIII Surabaya keduanya menunjukan, bahwa lintas Madiun-Surabaya saat ini masih berada di bawah kapasitas maksimumnya.
Besar nilai utilisasi atau nilai penggunananya kedua Daerah Operasional ini juga masih berada di kisaran 0,227 dimana besar nilai utilitas ini masih jauh jika dibandingkan dengan negara di Eropa yang berkisar antara 0,5-0,8. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi atau jumlah kereta api yang beroperasi di kedua DAOP tersebut pada hari biasa masih berada di bawah nilai kapasitas jalurnya.
Dari hasil kajian alternatif berdasarkan hasil permintaan dari konsumen jasa layanan perkeretaapian sebanyak 100 sampel maka diambil penambahan jumlah rangkaian sebagai solusi penyelesaian pemenuhan guna memenuhi kapasitas maksimum eksistingnya untuk kelayakan pembangunan Double Track.
Dengan asumsi penambahan jam keberangkatan maka didapat nilai investasi kelayakan pembangunan double track, dengan rincian bahwa kelayakan pembangunan double track untuk Daerah Oprasional VII Madiun jatuh pada tahun 2028-2029, sedangkan untuk Daerah Oprasional VIII Surabaya jatuh pada tahun 2031-2032.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]