PEMODELAN MAGNETOTELURIK 1D PADA MODEL LITOLOGI PANAS BUMI TIRIS, PROBOLINGGO
Abstract
Geofisika merupakan ilmu yang menerapkan konsep fisika untuk
mengetahui kondisi permukaan bawah tanah. Eksplorasi geofisika adalah kegiatan
menggunakan teknologi geofisika. Salah satunya menggunakan metode
elektromagnetik. Metode elektromagnetik digunakan untuk mengetahui anomali
konduktif dalam bumi. Pemanfaatan metode elektromagnetik untuk penelitian
geofisika adalah metode magnetotelurik. Metode magnetotelurik adalah metode
pasif yang memanfaatkan sumber dari alam berupa gelombang elektromagnetik
untuk mengetahui konduktivitas dari struktur bawah permukaan bumi.
Penelitian ini menggunakan data dari hasil identifikasi litologi batuan di
daerah panas bumi Tiris, Probolinggo. Penelitian tersebut dilanjutkan dengan
menggunakan metode magnetotelurik 1D yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh resistivitas bumi dan kedalaman dengan respon pemodelan
magnetotelurik 1D dan sebagai study awal untuk mengetahui kemungkinan
metode magnetotelurik dapat diterapkan pada daerah yang telah diteliti
menggunakan metode magnetik, dengan menentukan nilai resistivitas lapisan dan
ketebalan lapisan. Metode penelitian ini menggunakan teknik forward modelling
yang dimulai dengan menentukan model resistivitas berdasarkan model litologi
data magnetik. Data magnetik tersebut terdiri 3 sayatan yaitu sayatan A-A’, B-B’
dan C-C’. Setiap sayatan tersebut ditentukan beberapa titik yang diambil secara
horizontal, sehingga dapat diketahui variasi dari jenis batuan dan ketebalan
batuan. Setelah nilai resistivitas batuan dan ketebalan ditentukan kemudian
menghitung respon magnetotelurik 1D pada frekuensi 1 -1 Hz sampai 1 -3 Hz.
Respon pemodelan magnetotelurik 1D adalah kurva hubungan antara resistivitas
semu dengan frekuensi dan fasa impedansi dengan frekuensi. Kurva tersebut
kemudian dianalisa dan dibandingkan pada setiap titik.
Kurva resistivitas semu dan fasa impedansi terhadap frekuensi merupakan
hasil pemodelan magnetotelurik 1D. Penetrasi gelombang pada frekuensi 0,1 Hz
mampu menembus semua lapisan sampai kedalaman 1500 m, sehingga nilai
resistivitas semu mewakili seluruh nilai resistivitas masing-masing lapisan.
Sedangkan ketika nilai frekuensi 1000 Hz hanya dapat menembus pada lapisan
yang berada di dekat permukaan bumi, sehingga nilai resistivitas semu sangat
dipengaruhi oleh lapisan tersebut. Nilai resistivitas semu setiap frekuensi sangat
dipengaruhi oleh nilai resistivitas batuan pada lapisan paling bawah sesuai dengan
skin depth-nya. Nilai fasa impedansi dibagi menjadi 2 kelompok, yakni nilai fasa
impedansi yang kurang dari 45 dan nilai fasa impedansi yang lebih dari 45 .
Nilai fasa impedansi yang kurang dari 45 berada pada frekuensi yang kecil yaitu
sekitar 0,1 Hz – 50 Hz. Sedangkan nilai frekuensi yang lebih dari 45 berada pada
frekuensi yang besar yaitu sekitar 60 Hz – 1000 Hz. Selain pengaruh oleh frekuensi, perubahan nilai fasa impedansi juga dipengaruhi oleh nilai resistivitas
setiap lapisan.
Nilai resistivitas batuan pada setiap lapisan berpengaruh terhadap nilai
resistivitas semu, semakin besar nilai resistivitas batuan maka semakin besar juga
nilai resistivitas semu yang terukur. Selain itu, nilai resistivitas semu juga
dipengaruhi oleh frekuensi, dimana semakin besar frekuensi maka penetrasi
kedalaman akan semakin kecil, sehingga lebih sedikit lapisan yang dapat
ditembus. Dalam penelitian ini diketahui bahwa fasa impedansi memiliki nilai
sekitar 45 , ketika nilai fasa impedansi semakin kecil atau kurang dari 45 berada
pada nilai frekuensi kecil dan semakin besar nilai fasa impedansi atau lebih dari
45 berada pada pada nilai frekuensi besar.