dc.description.abstract | Pemecahan masalah merupakan suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu
kesulitan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak serta merta segera dapat dicapai.
Setiap individu memiliki cara menyerap informasi berbeda dalam memahami suatu
permasalahan yang disebut dengan gaya belajar. Gaya belajar dibagi menjadi tiga
macam menurut modalitas, yaitu modalitas visual, auditorial, dan kinestetik (V-A-K).
Penelitian ini dilaksanakan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah
aitmatika sosial ditinjau dari tahapan Polya ditinjau dari gaya belajar visual, auditorial,
kinestetik. Subjek pada penelitian adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Jember.
Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Instrument yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket gaya belajar, tes pemecahan masalah,
dan pedoman wawancara. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah angket,
tes, dan wawancara. Data yang dianalisis adalah hasil angket, proses dan hasil jawaban
subjek saat tes, serta hasil wawancara setiap subjek.
Berdasarkan hasil analisis data validasi angket gaya belajar, soal tes, dan
pedoman wawancara, di dapat rerata (Va) untuk angket gaya belajar adalah 4,25926,
rerata (Va) untuk soal tes adalah 4,29167, dan rerata (Va) untuk pedoman wawancara
adalah 4,08333, sehingga intrumen angket, soal tes, dan pedoman wawancara masuk
dalam katagori valid. Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara, terdapat perbedaan
kemampuan dan cara menyelesaikan antara siswa yang cenderung bergaya belajar
visual, auditorial, maupun kinestetik dalam menyelesaikan permasalahan tipe visual,
auditorial, maupun kinestetik. Untuk tahap memahami masalah pada soal tipe visual,
auditorial, dan kinestetik, siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, maupun
kinestetik sama-sama masih belum mampu melaksanakan tahap tersebut karena belum mampu menggunakan simbol saat menuliskan apa yang diketahui dan ditanya. Untuk
tahap membuat rencana pada soal tipe visual, hanya siswa visual yang mampu
melaksanakan tahap tersebut, sedangkan siswa auditorial dan kinestetik cenderung
mampu karena tidak mampu menuliskan rencana penyelesaian secara benar dan runtut.
Pada soal tipe auditorial, siswa visual, auditorial, maupun kinestetik sama-sama
cenderung mampu melaksanakan tahap tersebut. Pada soal tipe kinestetik, hanya siswa
visual yang cenderung mampu melaksanakan tahap tersebut, sedangkan siswa
auditorial dan kinestetik belum mampu karena tidak mampu menghubungkan apa yang
diketahui dan ditanya .
Untuk tahap melaksanakan rencana pada soal tipe visual, hanya siswa visual yang
mampu melaksanakan tahap tersebut, sedangkan siswa auditorial dan kinestetik belum
mampu karena tidak bisa mencari panjang sisi-sisi pada gambar. Pada soal tipe
auditorial, siswa visual, auditorial, maupun kinestetik sama-sama cenderung mampu
melaksanakan tahap tersebut. Pada soal tipe kinestetik, hanya siswa visual yang
cenderung mampu melaksanakan tahap tersebut, sedangkan siswa auditorial dan
kinestetik belum mampu karena tidak bisa menentukan ukuran kertas. Untuk tahap
memeriksa kembali pada soal tipe visual, siswa visual, auditorial, maupun kinestetik
sama-sama cenderung mampu melaksanakan tahap tersebut. Pada soal tipe auditorial,
hanya siswa auditorial yang mampu melaksanakan tahap tersebut, sedangkan siswa
visual dan kinestetik belum mampu karena tidak mampu menuliskan proses memeriksa
kembali dengan benar. Pada soal tipe kinestetik, hanya siswa kinestetik yang cenderung mampu melaksanakan tahap tersebut, sedangkan siswa visual dan auditorial belum
mampu karena belum mampu menuliskan proses memeriksa kembali dengan benar.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah berdasarkan tahapan Polya siswa visual lebih menonjol untuk soal tipe visual,
siswa auditorial lebih menonjol untuk soal tipe auditorial dibandingkan dua tipe soal
lainnya, sedangkan kemampuan pemecahan masalah berdasarkan tahapan Polya siswa
kinestetik untuk tiga tipe soal tersebut masih kurang. | en_US |