ANALISIS PERHITUNGAN JEMBATAN PELENGKUNG BATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE UNIT LOAD
Abstract
Jembatan pelengkung adalah struktur setengah lingkaran dengan abutmen
di kedua sisinya.Jembatan pelengkung lebih kuat dibandingkan struktur
jembatan biasa dalam menerima beban tekan dari atas jembatan. Semakin
berkembangnya jembatan pelengkung batu membuat metode-metode
perhitungan kapasitas jembatan pelengkung batu bermunculan, salah satunya
adalah metode Unit Load yaitu metode perhitungan yang pada dasarnya
menerapkan beban satu-satuan pada titik yang ditinjau untuk melihat pengaruh
lendutan pada titik tersebut. Metode ini menggunakan beban satu-satuan yang
akan menghasilkan satu komponen atau peralihan dititik kumpul baik pada arah
vertikal atau arah horizontal saja.
Penelitian dilakukan menggunakan data dimensi jembatan
Wolverhampton Inggris, Railway Drive Arch Bridge yang didapat dari inspeksi
keadaan jembatan yang dilakukan oleh AECOM pada Februari 2014. Pertama
dilakukan perhitungan pada jembatan dengan menggunakan metode unit load .
Setelah itu dilakukan perhitungan yang sama dengan variasi spandrel. Kedua
dilakukan perbandingan nilai lendutan yang terjadi dengan menggunakan
perhitungan metode unit load dan software ANSYS 15.0.
Perhitungan menggunakan metode unit load yang dilakukan
membutuhkan data dimensi jembatan berupa bentang jembatan (L), beban luar
(wl) berupa beban terpusat, berat isi material (ɤ), modulus young (E), dan
tinggi pelengkung di ½ bentang. Kemudian dilakukan pembagian segmen tanah
menjadi beberapa segmen yang mana pada tiap segmen dilakukan perhitungan
beban dalam atau beban mati. Selanjutnya menghitung gaya horizontal yang
terjadi pada struktur. Setelah mendapat semua gaya-gaya yang bekerja pada
struktur, hal pertama yang dilakukan adalah menghitung reaksi vertikal (Rav)
dan reaksi horizontal (Rah). Kedua, mencari persamaan momen yang terjadi di
½ bentang. Ketiga, menghitung rav dan rah serta persamaan momen yang
terjadi pada struktur dengan beban satu-satuan pada ½ bentang. Selanjutnya,
langkah keempat menghitung besarnya nilai inersia pada penampang dan yang
terakhir menghitung lendutan yang terjadi pada jarak ½ bentang.
Besarnya nilai lendutan yang telah dihitung menggunakan metode unit load
dibandingkan dengan besarnya nilai lendutan yang terjadi menggunakan software
ANSYS 15.0. Variasi tinggi spandrel sangat mempengaruhi nilai lendutan yang
terjadi. Semakin tebal dimensinya maka lendutan yang terjadi semakin kecil,
sebaliknya semakin kecil dimensinya maka lendutan yang terjadi semakin besar.
Hal tersebut disebabkan karena semakin tebal suatu elemen maka luas daerah
penyebaran distribusi beban yang bekerja semakin luas sehingga kapasitas
tampungan beban yang bekerja pada struktur tersebut semakin besar, dengan
beban yang sama maka lendutan serta lendutan yang terjadi semakin kecil.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4149]