HUBUNGAN PARENTING SELF-EFFICACY DENGAN TINGKAT STRES IBU YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB-C) KABUPATEN JEMBER
Abstract
Mengasuh atau parenting anak dengan tunagrahita bukan merupakan hal yang mudah karena seringkali orangtua harus berhadapan dengan situasi yang penuh dengan stres akibat tuntutan dalam proses parenting. Parenting pada anak dengan masalah perkembangan merupakan proses penuh stres bagi orangtua karena seringkali tingkat pengasuhannya lebih sulit dan intensif dibanding mengasuh anak dengan perkembangan yang normal. Orangtua mengalami kelelahan yang luar biasa karena harus selalu memonitor anak mereka, mengalami isolasi sosial karena mereka harus terus berada dirumah untuk merawat anak serta hilangnya kebebasan untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas yang disukainya.
Keluarga yang memiliki anak dengan tunagrahita menghadapi banyak tantangan. Mulai dari isolasi sosial, stigma masyarakat, disorientasi ekspektasi, hingga harapan yang pupus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres pengasuhan pada anak tunagrahita lebih sering dialami oleh ibu dibandingkan dengan ayah. Ibu merasakan rasa tanggungjawab terhadap kondisi normal-abnormal anaknya karena ibu merasa bertanggung jawab untuk merawat anak sejak dalam kandungan, melahirkan hingga masa pertumbuhan. Kelelahan emosional terjadi terutama bagi ibu yang memiliki frekuensi bersama anak lebih besar daripada ayah. Ibu lebih membutuhkan dukungan sosial-emosional dalam waktu yang lama dan lebih banyak informasi tentang kondisi anak serta dalam hal merawat anak, sedangkan ayah lebih terfokus pada finansial dalam membesarkan anak. Seorang ibu harus mampu mengatasi stres yang dialaminya dan segera bangkit untuk melakukan yang terbaik untuk anaknya.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]