PERBEDAAN DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DENGAN DAUN SALAM (Syzygium polyanthum Wight) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus epidermidis DAN PEMANFAATANYA SEBAGAI BUKU ILMIAH POPULER
Abstract
Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan daun Salam (syzygium polyanthum
Wight) selama ini dikenal oleh masyarakat sebagai bumbu dapur saja, namun daun
jeruk nipis dan salam memiliki manfaat lain yakni sebagai antibakteri. Daun jeruk
nipis memiliki kandungan flavonoid, glikosida, saponin, tanin yang terkondensasi
(proanthocyanidin) dan phlobatannin yang bermanfaat sebagai bahan antibakteri.
Daun Salam (syzygium polyanthum) memiliki kandungan tanin , alkaloid,
galokatekin, flavonoid (kuersetin), dan minyak atsiri (seskuiterpen). Senyawasenyawa
aktif tersebut bersifat antibakteri sehingga eksplorasi terhadap senyawasenyawa
aktif tersebut memiliki relevansi yang besar terkait penemuan antibiotik
baru untuk mengatasi terjadinya resisten pada mikroorganisme terutama bakteri.
Resistensi bakteri terhadap antibiotik sintetik banyak terjadi, salah satunya adalah
Staphylococcus epidermidis yang resisten tehadap tehadap β-laktam, eritromisin,
ciprofloaxin, cefazolin, gentamicin dan methicilin. methicilin merupakan turunan
dari penicilin yang umum digunakan pada bakteri staphylococcus epidermidis.
Staphylococcus epidermidis merupakan agen utama penyabab infeksi yang paling
sering terjadi pada penanganan medis seperti peripheral atau central intravenous
catheters (CVCs) atau yang sering dikenal infeksi nosokomial. Penyakit yang
ditimbulkan oleh bakteri Staphylococcus epidermidis adalah infeksi pada luka pada
jaringan kulit, mukosa mulut, saluran kemih, saluran nafas, jerawat, luka bakar.