PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN TANAH PADA PERKEBUNAN TEBU MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DI KECAMATAN WULUHAN
Abstract
Kebutuhan gula di Indonesia semakin mengalami peningkatan pertahunnya. Hal ini mengakibatkan kebutuhan tanaman tebu juga semakin meningkat. Namun, lahan pertanian tebu saat ini belum dapat mencukupi kebutuhan gula dikarenakan minimnya tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tebu. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi tanah pertanian tebu antara lain pH tanah, kelembaban tanah, dan letak lahan di atas permukaan air laut. Selain faktor tersebut, penulis mempunyai gagasan bahwa resistivitas dan konduktivitas juga mempunyai pengaruh terhadap kondisi pertumbuhan tanaman tebu. Prospeksi lahan pertanian dapat dianalisis berdasarkan nilai resistivitasnya, dimana salah satu metode yang dapat diaplikasikan dalam hal ini adalah metode golistrik resistivitas konfigurasi wenner. Tekstur tanah liat yang semakin halus, yang dapat diduga nilai resistivitasnya, akan mengakibatkan akar tanaman lebih mudah menyerap unsur – unsur hara, sehingga pertumbuhan tanaman tebu dapat dianalisa. Metode geolistrik konfigurasi wenner dilakukan dengan menginjeksikan dua buah elektroda arus dan dua buah elektroda potensial ke permukaan bumi, sehingga didapatkan nilai resistivitas berdasarkan perhitungan yang selanjutnya dapat diinterpretasikan ke dalam jenis batuan tertentu, berdasarkan nilai resistivitasnya. Nilai resistivitas semu juga dapat digunakan untuk menghitung konduktivitas batuan. Di dalam penelitian ini, dilakukan pemetaan terhadap struktur bawah permukaan tanah menggunakan metode geolistrik konfigurasi wenner, untuk mendapatkan distribusi resistivitas lahan perkebunan tebu di areal perkebunan Dusun Grintingan Desa Lojejer Kecamatan Wuluhan. Selain sebaran nilai resistivitas lahan, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi berkenaan dengan sebaran konduktivitas listrik bawah permukaan dan konduktivitas permukaan lahan, serta karakteristik pertumbuhan tebu yang didasarkan pada diameter tebu menurut nilai resistivitas yang diperoleh pada lahan.
Pemetaan struktur bawah permukaan tanah menggunakan metode geolistrik konfigurasi wenner dilakukan pada 3 lintasan berbeda, dengan mengambil sebagian kecil dari areal perkebunan. Dari ketiga lintasan yang diambil, pada umumnya menunjukkan karakteristik dimana semakin dalam lapisan tanah, nilai resistivitas mengalami penurunan, dari nilai resistivitas yang tinggi sebesar 11-14 Ωm, sampai dengan nilai resistivitas yang terendah 2,16 Ωm. Penurunan nilai resistivitas dapat diinterpretasikan dengan jenis batuan goundwater (air tanah), alluvium (tanah liat) hingga nilai resistivitas terendah dengan jenis batuan clay (tanah lempung). Konduktivitas bawah permukaan mempunyai perbedaan dengan konduktivitas yang diukur pada permukaan. Pengukuran konduktivitas pada bagian atas dari permukaan lahan memiliki range pengukuran (0,17 – 1,01). siemen/m, sedangkan pada bagian bawah permukaan lahan memiliki range pengukuran (0,07-0,10) siemen/m. Adapun distribusi resistivitas dengan diameter tebu tidak menunjukkan relasi atau hubungan yang teratur. Penurunan nilai resistivitas pada ketiga lintasan pengukuran, tidak menunjukkan keteraturan perubahan diameter dari tanaman tebu. Hal ini dimungkinkan akibat dari sistem perakaran tebu yang tidak berada pada titik pengukuran (datum) resistivitas bawah permukaan. Sistem perakaran tebu diduga menyimpang guna mencari tanah atau jenis batuan yang mempunyai kandungan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman tebu.