INOVASI PELAYANAN PUBLIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA PELAYANAN LAPORAN GANGGUAN KAMTIBMAS MELALUI “KENTONGAN ONLINE” POLRES JEMBER
Abstract
Kebutuhan keamanan (safety need) bagi masyarakat merupakan salah satu
kebutuhan yang harus terpenuhi setiap saat. Terjadinya gangguan kemanan dan
ketertiban masyarakat (Kamtibmas) harus dapat dikendalikan dengan cepat dan tepat.
Berdasarkan Undang-undang No. 2 tahun 2002, Kepolisian memiliki fungsi, salah
satunya memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (harkamtibmas), sehingga
pelayanan Kepolisian harus ditingkatkan agar dapat tercipta kondisi lingkungan yang
aman dan kondusif. Selama ini ketika terjadi gangguan Kamtibmas, masyarakat harus
datang langsung ke Kantor Polisi, pos polisi, ataupun Polisi patroli. Selain itu juga
dapat melalui sambungan telepon. Namun pelayanan pelaporan adanya gangguan
kamtibmas tersebut masih memiliki kekurangan, yang menghambat masyarakat
dalam melaporkan adanya gangguan kamtibmas. Padahal gangguan kamtibmas harus
segara ditangani agar tercipta kondisi lingkungan yang kondusif.
Beberapa hal di atas menjadikan tantangan bagi kepolisian untuk terus
melakukan perbaikan pelayanan. Di era modern saat ini, Teknologi Informasi dan
Komunikasi menjadi alternatif yang dapat digunakan untuk memediasi pelaksanaan
pelayanan publik yang dikenal dengan konsep e-service. Hal tersebut dilakukan guna
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Didasari dengan semangat “Promoter”
(professional, modern, dan terpercaya), Polres Jember berhasil mengolaborasikan
teknologi informasi dan komunikasi dengan budaya lokal (kentongan), yaitu layanan
berbasis android “We Are Ready (WAR) Polres Jember/ Kentongan Online”
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran inovasi pelayanan
pelaporan gangguan Kamtibmas Polres Jember. Penelitian ini merupakan penelitian
dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode deskriptif. Fokus penelitian
ini adalah menggambarkan inovasi pelayanan gangguan kamtibmas melalui
Kentongan Online Polres Jember dilihat dari segi inovasi proses, dan metode
pelayanan. Lokasi penelitian adalah di Polres Jember. Pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data
menggunakan analisis Miles dan Huberman. Derajat kepercayaan (validitas)
menggunakan ketekunan pengamatan, pengecekan sejawat, dan triangulasi.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa terdapat inovasi
pelayanan gangguan kamtibmas Polres Jember melalui Kentongan Online Polres
Jember merupakan pelayanan yang efisien. Hal ini dapat dilihat dari inovasi proses
dan inovasi metode pelayanan. Adanya perubahan pada proses pelayanan yang lebih
sederhana dapat memudahkan masyarakat dalam melaporkan gangguan Kamtibmas,
karena masyarakat tidak perlu pindah dari lokasi kejadian, sehingga dapat
menghemat waktu, biaya dan tenaga. Selain itu Kentongan Online juga dapat
memberikan kemudahan dan kecepatan bagi masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan dan petugas dalam memberikan pelayanan. Kemudahan akses pelayanan
tersebut, didukung adanya inovasi metode pelayanan yang merubah metode
komunikasi manual ke metode komunikasi berbasis teknologi, sehingga pelayanan
menjadi lebih cepat. Adanya kemudahan akses pada layanan disebabkan layanan
Kentongan Online memiliki jangkauan yang luas.
Tetapi dalam pelaksanaannya berjalan tidak maksimal. Hal ini disebabkan
beberapa faktor yang mempengaruhi baik pendukung maupun penghambat. Adapun
faktor pendukungnya, yaitu; disepakatinya penerapan e-service di lingkungan Polri,
kontinyuitas penerapan, kemampuan SDM, ketersediaan insfrastruktur IT, aplikasi
mudah di operasikan. Sedangkan faktor penghambatnya ada dari internal dan
eksternal. Faktor penghambat dari internal, yaitu; sosialisasi kurang maksimal, belum
ada kerjasama dengan intansi lain terkait pelayanan emergency, operator tidak disiplin, belum ada tenaga ahli terkait programing aplikasi, insfrastruktur IT tidak
dimanfaatkan secara maksimal, dan sistem belum dibangun secara menyeluruh.
Faktor penghambat dari internal, yaitu; kurangnya partisipasi masyarakat; tidak
semua masyarakat menggunakan android, dan kurangnya pemahaman masyarakat
tentang IT.