Penetapan Kadar Polifenol Dan Uji Aktivitas Antioksidan Pada Aneka Sajian Minuman Kopi Robusta (Coffea Canephora) Menggunakan Metode Dpph
Abstract
Radikal bebas secara terus menerus terbentuk melalui proses metabolisme
sel normal, peradangan, kekurangan gizi, dan akibat respon terhadap pengaruh dari
luar tubuh, seperti asap kendaraan bermotor, asap pabrik, asap rokok, makanan,
dan juga radiasi ultraviolet (UV). Radikal bebas yang berlebih dapat memicu
timbulnya berbagai macam penyakit, seperti penyakit autoimun, kerusakan sel atau
jaringan, penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, kanker, aterosklerosis, dan
juga osteoporosis. Senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan dapat mencegah
terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas. Antioksidan berfungsi untuk
menstabilkan dengan melengkapi kekurangan elektron dari radikal bebas sehingga
menghambat terjadinya reaksi berantai. Beberapa penelitian menyebutkan
tanaman yang memiliki aktivitas antioksidan adalah tanaman kopi dengan
kandungan senyawa polifenol tinggi. Dalam kategori minuman, salah satu sumber
antioksidan dari polifenol terbesar adalah minuman dari bahan kopi.
Di Indonesia kebiasaan minum kopi sudah dari zaman nenek moyang dan
kini menjadi minuman favorit di dunia. Jenis kopi yang banyak dibudidayakan
yakni kopi robusta (Coffea canephora) karena saat ini lebih dari 90% area
pertanaman kopi di Indonesia terdiri atas kopi robusta. Banyak orang
mengkombinasikan minuman kopi dengan penambahan gula, krimer, dan susu.
Penelitian mengenai penetapan kadar polifenol dan aktivitas antioksidan pada
aneka sajian minuman kopi robusta perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan bermakna kadar polifenol dan aktivitas antioksidan pada aneka
sajian minuman kopi robusta.
Tahapan penelitian yang dilakukan adalah pembuatan larutan sampel,
penetapan kadar polifenol, pengukuran aktivitas antioksidan, dan uji statistik.
Pembuatan larutan sampel dibuat dengan cara menyeduh aneka sajian minuman kopi dengan air panas dengan suhu 85
o
C lalu disaring untuk mendapatkan larutan
sampel. Penetapan kadar polifenol menggunakan metode pewarnaan reagen FolinCiocalteau
dengan asam galat sebagai pembanding. Metode pengujian aktivitas
antioksidan yang digunakan adalah DPPH dengan vitamin C sebagai kontrol
positif. Apabila hasil data homogen dan normal, maka akan diuji statistik
menggunakan one way anova yang dilanjutkan uji post hoc (LSD).
Hasil penelitian menunjukkan, kadar polifenol yang paling tinggi adalah
sampel minuman kopi dengan penambahan gula+krimer sebesar 55,687 ± 0,231
mg GAE/g bubuk kopi, diikuti sampel minuman kopi dengan penambahan
gula+susu sebesar 52,822 ± 0,129 mg GAE/g bubuk kopi, minuman kopi murni
sebesar 52,206 ± 0,436 mg GAE/g bubuk kopi, dan yang terkecil minuman kopi
dengan penambahan gula 50,352 ± 0,326 mg GAE/g bubuk kopi. Hasil pengukuran
aktivitas antioksidan (IC
50
) yang paling kecil adalah sampel minuman
kopi+gula+krimer 38,776 ± 0,145 µg/ml, kopi+gula+susu 49,603 ± 0,359 µg/ml,
kopi murni 51,872 ± 0,158 µg/ml, dan kopi+gula 54,449 ± 0,371 µg/ml. Semakin
kecil nilai IC
50
maka semakin besar kemampuan antioksidannya karena hanya
dengan konsentrasi yang kecil telah mampu meredam radikal bebas DPPH sebesar
50%.
Analisis anova dan uji LSD menunjukkan bahwa kadar polifenol dari
keempat sampel aneka sajian minuman kopi robusta berbeda secara signifikan.
Namun sampel minuman kopi murni dan kopi dengan penambahan gula berbeda
tidak signifikan. Sedangkan aktivitas antioksidan menunjukkan berbeda pada empat
sampel minuman kopi robusta secara signifikan dilihat dari besarnya signifikasi (α)
pada uji anova (0,000) lebih kecil dari nilai 1% (p<0,01) dengan tingkat
kepercayaan sebesar 99%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
landasan untuk penelitian lebih lanjut.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]