Show simple item record

dc.contributor.advisorAnita Dewi Moelyaningrum
dc.contributor.advisorEllyke
dc.contributor.authorLestari, Dinda Ayu
dc.date.accessioned2017-08-16T08:50:30Z
dc.date.available2017-08-16T08:50:30Z
dc.date.issued2017-08-16
dc.identifier.nim092110101027
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/81301
dc.description.abstractTerdapat lima kabupaten di Jawa Timur dengan jumlah kasus DBD tertinggi yaitu Kabupaten Jombang, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Kediri (Firmansyah, 2016). Penyebaran kasus DBD di seluruh kecamatan Banyuwangi juga hampir merata. Pemerintah Banyuwangi terus melakukan upaya penanganan berupa pengasapan atau fogging di seluruh kecamatan yang terdapat penderita DB. Puskesmas Mojopanggung termasuk dalam 10 besar puskesmas yang terdapat kasus DBD tinggi. Selama Januari hingga akhir September 2016 terdapat 24 kasus DBD yaitu 6 kasus di Kelurahan Boyolangu, 7 kasus di kelurahan Giri, 2 kasus di Desa Grogol, 1 kasus di Desa Jambesari, 6 kasus di Kelurahan Mojopanggung, dan 2 kasus di Kelurahan Penataban. Jumlah masyarakat yang ada di Kelurahan Mojopanggung sebanyak 6.063 jiwa atau 1.996 KK, terdiri dari 1.915 rumah. Sebenarnya telah ada Peraturan Bupati Banyuwangi nomor 15 tahun 2012 tentang pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue, namun belum berjalan optimal dikarenakan kurangnya koordinasi antara sector kesehatan terkait dengan seluruh lapisan masyarakat sehingga belum pernah terlapor dan terhitung nilai ABJ (Angka Bebas Jentik) di setiap wilayah yang endemis DBD. Program yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan telah berjalan adalah program Jeding Rijig (toilet bersih). Pada tahun 2016, 70% toilet di Banyuwangi lebih terkelola dan terjaga baik kebersihan maupun pembuangannya namun program ini lebih diperuntukkan di tempat umum misal tempat rekreasi, sekolah, dan lain-lain. Jika melihat masih tingginya angka kejadian DBD, dimungkinkan nilai ABJ yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Mojopanggung masih rendah.Selain kegiatan PSN, faktor lingkungan pun perlu diperhatikan karena memiliki peran yang penting khususnya dalam hal pencegahan penyakit. upaya pencegahan yang paling efektif adalah dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk oleh seluruh masyarakat di rumah-rumah, tempat-tempat umum serta lingkungan sekitar masing-masing secara terus-menerus (Depkes RI, 2005). Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan rancang bangun cross sectional. Tempat penelitian di Kelurahan Mojopanggung Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi pada bualan September-Oktober 2016. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode proportional random sampling. Hasil hitung sampel diperoleh hasil 100 responden, yang terdiri dari 63 responden di Lingkungan Cungking dan 37 responden di Lingkungan Mojoroto. Hasil penelitian menunjukkan responden berdasarkan karakteristik umur yang terbanyak adalah berumur kategori dewasa yaitu antara umur 18-49 tahun sebanyak 70 reponden. berdasarkan karakteristik pendidikan yang terbanyak adalah kategori tinggi yaitu lulusan SMA dan PT sebanyak 60 reponden. Berdasarkan karakteristik pendapatan tinggi maupun rendah memiki hasil sama yaitu 50 responden. Dari hasil analisis univariat dari faktor kegiatan PSN diperoleh hasil sebanyak 56 responden masuk dalam kategori buruk. Dari hasil analisis univariat dari faktor sanitasi lingkungan responden diperoleh hasil sebanyak 95 responden sudah memiliki fasilitas sanitasi yang baik. Dari 100 rumah responden, terhitung kontainer yang diperiksa sebanyak 670 buah kontainer dengan kontainer yang positif di dalam rumah 14 dan 23 positif luar rumah. Diperoleh nilai HI=16, CI=5,5, dan BI=37. Kondisi kepadatan nyamuk (density figure) antara 2-5 masuk dalam kategori kepadatan sedang (penularan sedang). Angka bebas jentik (ABJ) yang diperoleh adalah 84%. Dari hasil uji statistik bivariat diperoleh hasil sebagai berikut : Tidak ada hubungan antara karakteristik responden(umur,pendidikan, dan pendapatan) dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk. Ada hubungan antara sanitasi lingkungan responden dengan keberadaan jentik nyamuk (pvalue= 0,028). Tidak ada hubungan antara kegiatan PSN dengan keberadaan jentik nyamuk (p-value=0,59).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectJENTIK NYAMUKen_US
dc.subjectAedes aegyptien_US
dc.subjectAedes albopictusen_US
dc.titleFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti DAN Aedes albopictus (Studi di Kelurahan Mojopanggung Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record