dc.description.abstract | Keterampilan berpikir kritis berdasarkan literasi Math-ICT adalah keterampilan
proses berpikir yang menggunakan keterampilan bernalar untuk merumuskan
permasalahan, menggunakan berbagai strategi penyelesaian masalah, mengambil
keputusan dari suatu pernyataan, dan menyelesaikan permasalahan matematika
menggunakan software Matlab. Standar berpikir kritis berdasarkan literasi Math-ICT
yang digunakan diadaptasi dari Jacob dan Sam (2008) yang terdiri dari standar
klarifikasi, penilaian, inferensi, dan strategi. Keterampilan berpikir kritis berdasarkan
literasi Math-ICT dapat dikembangkan tergantung pada pengalaman belajar dan juga
keterampilan siswa. Kemampuan metakognisi juga mempengaruhi keterampilan siswa
dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Menurut Rahayu (2012), ada 4
tingkat kemampuan metakognisi dalam menyelesaikan suatu permasalahan, yaitu
reflective use, strategic use, aware use, dan tacit use. Pengklasifikasian siswa
dilakukan dengan menggunakan angket yang berpedoman pada indikator aktivitas
metakognisi ditinjau dari tingkat metakognisi yang diadaptasi dari Mahromah (2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa
berdasarkan literasi Math-ICT dalam menyelesaikan permasalahan matematika
ditinjau dari tingkat metakognisi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI program
akselerasi dan kelas XII SMA Negeri 1 Probolinggo yang berjumlah 43 siswa.
Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Metode
pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes, angket, dan wawancara. Data yang
dianalisis adalah hasil tes dan wawancara setiap subjek. Subjek penelitian yang diwawancarai dipilih menggunakan teknik snowball sampling yang mewakili masingmasing
tingkat
metakognisi
berdasarkan
hasil
rata-rata
skor
angket.
Berdasarkan hasil analisis data validasi soal tes, angket, dan pedoman
wawancara, diperoleh rerata (V
a
) untuk soal tes matematika adalah 2,83, rerata angket
pengklasifikasian siswa adalah 2,88, dan rerata (V
a
) untuk pedoman wawancara adalah
2,89 sehingga intrumen soal tes, angket pengklasifikasian siswa, dan pedoman
wawancara masuk katagori valid. Setelah dilakukan uji validitas, instrumen soal tes
dan angket dapat digunakan. Soal tes yang telah dikerjakan dianalisis ketercapaian
setiap indikator dari 4 standar berpikir kritis berdasarkan literasi Math-ICT dan
dilakukan wawancara mendalam untuk mengetahui proses penyelesaian soal siswa
pada setiap tingkat metakognisi yang diklasifikasikan berdasarkan rata-rata skor
angket.
Berdasarkan hasil tes dan wawancara, terdapat perbedaan keterampilan berpikir
kritis berdasarkan literasi Math-ICT siswa reflective use, siswa strategic use, siswa
aware use, dan siswa tacit use. Siswa reflective use dapat memenuhi semua standar
berpikir kritis. Meskipun siswa reflective use tidak menyebutkan informasi pada soal
dengan lengkap di lembar jawaban, namun dapat melengkapinya pada saat wawancara
dan dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik. Hampir sama dengan siswa
reflective use, siswa strategic use juga dapat memenuhi semua standar berpikir kritis,
namun tidak menyebutkan informasi di soal dengan lengkap. Meskipun demikian,
siswa strategic use dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik. Untuk siswa
aware use dan tacit use, keduanya terhenti pada standar inferensi. Siswa aware use
dapat memahami permasalahan dan cenderung mengetahui konsep yang digunakan,
namun tidak dapat melanjutkan langkah penyelesaian. Berbeda dengan siswa aware
use, siswa tacit use tidak memahami permasalahan dan tidak dapat menjelaskan
langkah penyelesaian karena hanya asal menjawab untuk menyelesaikan
permasalahan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan
adalah perlu wawancara mendalam untuk mengonfirmasi kebenaran hasil angket
sehingga siswa benar-benar dapat diklasifikasikan sesuai dengan tingkat metakognisi. | en_US |