dc.description.abstract | Dalam proses pembelajaran tidak selalu berlangsung lancar dan berhasil,
pasti ada hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran tersebut. Mengingat
kemampuan anak yang berbeda-beda mengakibatkan keberhasilan anak dalam
pembelajaran juga berbeda-beda. Bagi sebagian siswa pelajaran matematika
dianggap sebagai pelajaran yang cukup sulit. Kesulitan yang dialami siswa dapat
disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor internal maupun faktor eksternal.
Khanifah dan Nusantara (2008) mengemukakan bahwa kesulitan siswa dapat
tercermin dari kesalahannya dalam menyelesaikan soal pada materi tertentu. Soal
cerita matematika diberikan kepada siswa sebagai alat evaluasi untuk mengukur
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima suatu materi. Menurut
Budiningsih (2005: 101) dalam proses belajar siswa akan mampu menyelesaikan
masalah yang diberikan secara maksimal pada zonanya bila dibantu secukupnya
yang disebut dengan scaffolding
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan metode wawancara. Data
yang dianalisis adalah hasil tes siswa, hasil wawancara, dan proses scaffolding.
Kegiatan penelitian dilaksanakan di kelas VIIA SMP Darul Hikmah yang
berjumlah 28 siswa. Subyek penelitian yang diwawancarai dan diberikan
scaffolding berjumlah 8 siswa dipilih menggunakan teknik snowball sampling.
Berdasarkan hasil analisis data validasi soal tes dan pedoman wawancara, koefisien
validitas soal tes adalah 4,81 dan koefisien validitas pedoman wawancara adalah
4,75 sehingga kriteria validitas soal tes dan pedoman wawancara adalah valid.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas VIIA SMP
Darul Hikmah dapat diketahui bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita berdasarkan analisis kesalahan menurut Newman meliputi (1) kesalahan
membaca (reading error) yang terdiri dari kesalahan membaca satuan luas, simbol dan nominal uang, (2) kesalahan memahami masalah (comprehension
error) yang terdiri dari kesalahan tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanya
atau menuliskan apa yang diketahui dan ditanya tetapi tidak tepat, (3) kesalahan
transformasi (transformation error) yaitu kesalahan dalam menggunakan operasi
yang tepat untuk menyelesaikan soal, (4) kesalahan keterampilan proses (process
skill error) yang terdiri dari kesalahan dalam menggunakan aturan matematika,
kesalahan dalam perhitungan, dan tidak melanjutkan perhitungan, (5) kesalahan
menarik kesimpulan (encoding error) yang terdiri dari kesalahan menuliskan
satuan, tidak menuliskan kesimpulan, dan menuliskan kesimpulan tetapi tidak tepat.
Dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa, persentase kesalahan paling tinggi
adalah kesalahan memahami masalah yaitu sebesar 70,01%, sedangkan persentase
kesalahan paling rendah adalah kesalahan membaca yaitu sebesar 20,77%.
Persentase kesalahan siswa paling tinggi pada soal nomor 2 yaitu sebesar 90%. Hal
tersebut disebabkan penyelesaian pada soal nomor 2 lebih panjang daripada
penyelesaian soal lainnya. Dari hasil wawancara dengan siswa dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya kesalahan-kesalahan siswa dikarenakan siswa jarang
mengerjakan soal cerita sehingga siswa kurang memahami langkah-langkah dalam
mengerjakan soal cerita dan kurang terlatih dalam menganalisis soal.
Scaffolding yang diberikan kepada siswa mengacu pada level scaffolding
menurut Anghileri dan bertujuan untuk membantu siswa memperbaiki
kesalahannya. Scaffolding yang diberikan kepada siswa dengan kesalahan
membaca dan memahami masalah berada pada level 2 yaitu, reviewing,
restructuring, dan explaining. Scaffolding yang diberikan kepada siswa dengan
kesalahan transformasi berada pada level 2 yaitu, reviewing, explaining,
restructuring dan level 3 yaitu, Developing Conceptual Thinking. Scaffolding yang
diberikan kepada siswa dengan kesalahan keterampilan proses berada pada level 2
yaitu, reviewing, explaining, dan restructuring. Scaffolding yang diberikan kepada
siswa dengan kesalahan menarik kesimpulan berada pada level 2 yaitu reviewing.
Setelah diberikan scaffolding 19 siswa dapat memperbaiki kesalahannya dan 10
siswa masih melakukan kesalahan yang sama, namun tingkat kesalahan tersebut
lebih rendah daripada kesalahan sebelum diberikan scaffolding. | en_US |