Show simple item record

dc.contributor.advisorSusanto
dc.contributor.advisorFatahillah, Arif
dc.contributor.authorTiyas, Yuli Fajar Wati Ning
dc.date.accessioned2017-08-10T03:06:55Z
dc.date.available2017-08-10T03:06:55Z
dc.date.issued2017-08-10
dc.identifier.nim130210101019
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/80964
dc.description.abstractDalam proses pembelajaran tidak selalu berlangsung lancar dan berhasil, pasti ada hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran tersebut. Mengingat kemampuan anak yang berbeda-beda mengakibatkan keberhasilan anak dalam pembelajaran juga berbeda-beda. Bagi sebagian siswa pelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran yang cukup sulit. Kesulitan yang dialami siswa dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor internal maupun faktor eksternal. Khanifah dan Nusantara (2008) mengemukakan bahwa kesulitan siswa dapat tercermin dari kesalahannya dalam menyelesaikan soal pada materi tertentu. Soal cerita matematika diberikan kepada siswa sebagai alat evaluasi untuk mengukur kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima suatu materi. Menurut Budiningsih (2005: 101) dalam proses belajar siswa akan mampu menyelesaikan masalah yang diberikan secara maksimal pada zonanya bila dibantu secukupnya yang disebut dengan scaffolding Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan metode wawancara. Data yang dianalisis adalah hasil tes siswa, hasil wawancara, dan proses scaffolding. Kegiatan penelitian dilaksanakan di kelas VIIA SMP Darul Hikmah yang berjumlah 28 siswa. Subyek penelitian yang diwawancarai dan diberikan scaffolding berjumlah 8 siswa dipilih menggunakan teknik snowball sampling. Berdasarkan hasil analisis data validasi soal tes dan pedoman wawancara, koefisien validitas soal tes adalah 4,81 dan koefisien validitas pedoman wawancara adalah 4,75 sehingga kriteria validitas soal tes dan pedoman wawancara adalah valid. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas VIIA SMP Darul Hikmah dapat diketahui bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita berdasarkan analisis kesalahan menurut Newman meliputi (1) kesalahan membaca (reading error) yang terdiri dari kesalahan membaca satuan luas, simbol dan nominal uang, (2) kesalahan memahami masalah (comprehension error) yang terdiri dari kesalahan tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanya atau menuliskan apa yang diketahui dan ditanya tetapi tidak tepat, (3) kesalahan transformasi (transformation error) yaitu kesalahan dalam menggunakan operasi yang tepat untuk menyelesaikan soal, (4) kesalahan keterampilan proses (process skill error) yang terdiri dari kesalahan dalam menggunakan aturan matematika, kesalahan dalam perhitungan, dan tidak melanjutkan perhitungan, (5) kesalahan menarik kesimpulan (encoding error) yang terdiri dari kesalahan menuliskan satuan, tidak menuliskan kesimpulan, dan menuliskan kesimpulan tetapi tidak tepat. Dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa, persentase kesalahan paling tinggi adalah kesalahan memahami masalah yaitu sebesar 70,01%, sedangkan persentase kesalahan paling rendah adalah kesalahan membaca yaitu sebesar 20,77%. Persentase kesalahan siswa paling tinggi pada soal nomor 2 yaitu sebesar 90%. Hal tersebut disebabkan penyelesaian pada soal nomor 2 lebih panjang daripada penyelesaian soal lainnya. Dari hasil wawancara dengan siswa dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kesalahan-kesalahan siswa dikarenakan siswa jarang mengerjakan soal cerita sehingga siswa kurang memahami langkah-langkah dalam mengerjakan soal cerita dan kurang terlatih dalam menganalisis soal. Scaffolding yang diberikan kepada siswa mengacu pada level scaffolding menurut Anghileri dan bertujuan untuk membantu siswa memperbaiki kesalahannya. Scaffolding yang diberikan kepada siswa dengan kesalahan membaca dan memahami masalah berada pada level 2 yaitu, reviewing, restructuring, dan explaining. Scaffolding yang diberikan kepada siswa dengan kesalahan transformasi berada pada level 2 yaitu, reviewing, explaining, restructuring dan level 3 yaitu, Developing Conceptual Thinking. Scaffolding yang diberikan kepada siswa dengan kesalahan keterampilan proses berada pada level 2 yaitu, reviewing, explaining, dan restructuring. Scaffolding yang diberikan kepada siswa dengan kesalahan menarik kesimpulan berada pada level 2 yaitu reviewing. Setelah diberikan scaffolding 19 siswa dapat memperbaiki kesalahannya dan 10 siswa masih melakukan kesalahan yang sama, namun tingkat kesalahan tersebut lebih rendah daripada kesalahan sebelum diberikan scaffolding.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectKESALAHAN SISWAen_US
dc.subjectSOAL CERITA MATEMATIKAen_US
dc.subjectTAHAPAN NEWMANen_US
dc.subjectBENTUK SCAFFOLDINGen_US
dc.titleANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN TAHAPAN NEWMAN BESERTA BENTUK SCAFFOLDING YANG DIBERIKANen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record