Perbedaan Kejadian Preeklampsia Berat antara Kehamilan Gemelli dan Kehamilan Tunggal di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember
Abstract
Angka Kematian Ibu adalah kematian saat kehamilan hingga 42 hari setelah persalinan. Berdasarkan survey SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia), Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sudah mengalami penurunan dari tahun 1991 hingga tahun 2015, namun masih jauh dari target MDG’s (Millenium Development Goals) 2015 yakni sebanyak 102 per 100.000 kelahiran hidup. Ada berbagai faktor penyebab dari tingginya AKI di Indonesia, salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan. Angka kejadian hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab AKI tertinggi nomor 2 dan mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2013. Hipertensi dalam kehamilan dibedakan menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah preeklampsia. Angka kejadian preeklampsia dan eklampsia di Indonesia menyentuh angka 6%-8% dengan angka kematian maternal akibat preeklampsia sebanyak 1,5% hingga 24% dan angka kematian fetal sebanyak 45% hingga 50%. Preeklampsia, khususnya preeklampsia berat yang tidak ditangani secara adekuat di Indonesia menyumbang kematian ibu tertinggi nomor 2 setelah post partum haemorhage yakni sebesar 24%. Ada banyak fakor risiko yang menyebabkan preeklampsia, salah satunya adalah kehamilan gemelli. Kehamilan gemelli diduga dapat menyebabkan preeklampsia karena terjadi hiperplasentosis yang menyebabkan peningkatan paparan vili korionik, meningkatnya zat antiangiogenik dibandingkan dengan zat angiogenik, serta hipoperfusi plasenta. Mekanisme lainnya adalah karena peningkatan debris trofoblas dan jumlah antigen yang lebih banyak. Penelitian mengenai kehamilan gemelli sebagai faktor risiko terjadinya preeklampsiadi Indonesia masih jarang dan banyak penelitian yang bertentangan dengan beberapa penelitian serupa di luar negeri. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kejadian preeklampsia berat pada kehamilan tunggal dan kehamilan gemelli. Jenis penelitian ini adalah penelitian case control study dengan menggunakan data sekunder. Sampel minimal yang harus didapatkan adalah sebanyak 128 rekam medis. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Kelompok sampel penelitian kali ini membagi sampel menjadi 2 kategori, yakni preeklampsia berat dan normal yang masing-masing terdiri dari kehamilan tunggal dan kehamilan gemelli. Data yang didapatkan adalah data kategorik, yakni nominal, sehingga untuk analisis datanya dapat digunakan analisis data komparatif non parametris tidak berpasangan, yakni Chi Square test.
Hasil penelitian kali ini didapatkan bahwa kehamilan gemelli dengan PEB sebanyak 12 kasus, kehamilan gemelli normal 52 kasus, kehamilan tunggal PEB 38 kasus dan kehamilan tunggal normal 26 kasus. Data tersebut kemudian diolah dengan uji univariat dan Chi Square test dan diperoleh p =0,000. Odds Ratio (OR) yang didapatkan pada penelitian ini adalah 0,158. Hal ini menunjukkan perbedaan
ix
kejadian preeklampsia berat pada ibu dengan kehamilan gemelli dan ibu dengan kehamilan tunggal, namun tidak lebih berisiko pada ibu dengan kehamilan gemelli. Pada kehamilan gemelli, sejalan dengan jumlah fetus yang melebihi kehamilan normal, maka massa plasenta juga bertambah besar. Akibatnya, terjadi hiperplasentosis. Hiperplasentosis ini menyebabkan hipoperfusi plasenta akibat permintaan nutrisi dan oksigen yang semakin banyak serta jumlah zat antiangiogenik yang berlimpah. Debris trofoblas, antigen dan jumlah paparan vili korionik juga meningkat menyebabkan reaksi imunologis yang lebih hebat daripada reaksi imunologis yang terjadi pada kehamilan tunggal. Faktor risiko lain selain gemelli juga turut berperan dalam mekanisme preeklampsia berat. Berdasarkan penelitian dan analisis data di atas, menyatakan bahwa secara statistik ada perbedaan yang signifikan antara kejadian preeklampsia berat antara kehamilan gemelli.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]