dc.description.abstract | Satuan pendidikan pada dasarnya memiliki sistem untuk menghasilkan
lulusan yang berkualitas. Sistem pendidikan tinggi di Indonesia memiliki empat
tahapan pokok, yaitu (1) Input; (2) Proses; (3) Output; dan (4) Outcomes. Kualitas
input dan output maupun outcomes sangat tergantung pada proses/ pengalaman
belajar dan capaian pembelajaran. Proses pembelajaran memegang peranan yang
sangat penting dalam dunia pendidikan. Terdapat tiga komponen penting yang
terlibat dalam proses pembelajaran yaitu pengajar (pendidik/dosen), pembelajar
(siswa/mahasiswa) dan bahan ajar. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran adalah modul. Modul adalah suatu unit lengkap yang
terdiri dari rangkaian kegiatan belajar disusun untuk membantu mahasiswa dalam
mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Modul bersifat self-sufficient artinya
dapat digunakan langsung atau tidak langsung atau tidak memerlukan alat bantu
lain untuk menggunakannya. Modul merupakan suatu paket kurikulum yang
disediakan untuk dapat digunakan mahasiswa belajar sendiri, sehingga tanpa
kehadiran dosen mahasiswa dapat belajar secara mandiri.
Mengacu pada hasil observasi dan wawancara, diperoleh informasi bahwa
penggunaan modul belum digunakan secara maksimal sebagai media
pembelajaran sejarah. Proses pembelajaran hanya sebatas penyampaian materi
secara langsung (ceramah), presentasi berdasarkan topik yang sudah ada pada
kontrak perkuliahan, dan tugas observasi ke situs-situs bersejarah.
Berdasarkan data tersebut, maka solusi yang dapat diberikan yaitu dengan
mengembangkan modul pembelajaran. Adapun tujuan pengembangan ini, yaitu (1) menghasilkan produk berupa modul pada mata kuliah Kepariwisataan Sejarah
dan Budaya; (2) Modul pembelajaran yang dikembangkan diharapkan dapat
mencapai efektifitas belajar mahasiswa pada pembelajaran sejarah.
Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan ini adalah
model Dick and Carey yang memfokuskan pada 9 tahap, yaitu (1) analisis
kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan, (2) analisis instruksional, (3) analisis
pembelajar dan kontek, (4) merumuskan tujuan performansi, (5) mengembangkan
instrumen penilaian, (6) mengembangkan strategi pembelajaran, (7)
mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, (8) melakukan evaluasi
formatif, (9) melakukan revisi. Modul pembelajaran tersebut memaparkan materi
obyek wisata zaman prasejarah di Kabupaten Jember.
Modul pembelajaran yang dihasilkan selanjutnya di validasi oleh ahli
materi, ahli desain dan ahli bahasa. Hasil validasi menunjukkan bahwa produk
berada pada kualifikasi tinggi, dengan hasil persentase sebesar 83% dari validasi
ahli materi, 87,14% validasi ahli desain pembelajaran dan 81,7% validasi ahli
bahasa. Modul pembelajaran juga diuji cobakan untuk mengetahui respon
mahasiswa terhadap modul pembelajaran serta untuk mengetahui efektifitas
produk. Uji respon mahasiswa terhadap modul pembelajaran pada uji coba
kelompok kecil sangat tinggi, yakni mencapai persentase 90,4% sedangkan uji
efektifitas produk menunjukkan persentase 71,2%. Uji respon mahasiswa terhadap
modul pembelajaran pada uji coba lapangan dikategorikan tinggi, yakni mencapai
persentase 80,% sedangkan uji efektifitas produk menunjukkan persentase 71,2%
dengan artian produk efektif dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Kajian berisi mengenai produk yang telah direvisi. Kajian berisi mengenai:
(1) aspek desain pesan, (2) aspek desain teks, dan (3) aspek efektifitas modul
pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
modul pembelajaran obyek wisata zaman prasejarah Kabupaten Jember dengan
model Dick and Carey dapat meningkatkan efektifitas belajar mahasiswa terhadap
pembelajaran sejarah. | en_US |