PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI ARITMETIKA SOSIAL SISWA KELAS VII MTs DARUSSALAM JEMBER TAHUN AJARAN 2014/2015
Abstract
Dalam pembelajaran matematika, ada banyak kendala belajar yang dihadapi siswa dalam memahami materi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa yang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dipahami. Salah satu penyebabnya adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah model ceramah yang cenderung kurang melibatkan siswa secara aktif. Selain itu, tipe belajar siswa juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat pemahaman siswa terhadap suatu materi. Tipe belajar siswa itu sendiri terbagi menjadi tiga kelompok yaitu audio, visual, dan kinestetik. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat agar tercipta suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan dapat melibatkan siswa secara aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model quantum teaching, bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model quantum teaching, dan bagaimana hasil belajar siswa setelah menerapkan model quantum teaching dalam pembelajaran dengan materi aritmetika sosial. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus dengan materi aritmetika sosial. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hal yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah menyusun rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, soal latihan, soal tes evaluasi, dan pedoman observasi. Tahap tindakan merupakan pelaksanaan dari rencana penelitian yang telah disusun. Tahap observasi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kendala yang muncul pada pelaksanaan tindakan. Tahap refleksi merupakan upaya pengkajian dampak suatu tindakan yang dapat digunakan sebagai bahan untuk menyusun perencanaan siklus berikutnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, tes dan wawancara. Untuk observasi, peneliti dibantu oleh 3 orang observer yang bertugas mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran. Metode tes dilakukan dengan cara pemberian tes evaluasi berbentuk essay di akhir siklus I dan siklus II. Metode wawancara dilakukan sebelum dan sesudah penelitian berlangsung dengan guru dan beberapa orang siswa yang mempunyai nilai keaktifan rendah. Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa kualitatif (berdasarkan hasil observasi dan wawancara) dan analisa data kuantitatif (berdasarkan hasil tes dan aktivitas siswa). Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar materi aritmetika sosial dengan menggunakan model pembelajaran quantum teaching. Penerapan quantum teaching dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tahapan TANDUR. Persentase keaktifan siswa secara klasikal yang diperoleh yaitu sebesar 82,48% pada siklus I meningkat menjadi 88,47% pada siklus II. Meski secara keseluruhan tingkat keatiktifan siswa cenderung tinggi, namun untuk aktivitas bertanya/menjawab pertanyaan guru dan kelompok masih kurang memuaskan yaitu 66,74% pada pembelajaran 1, dan 75% pada pembelajaran 2. Setelah dilakukan perbaikan, persentase keaktifan siswa untuk kategori ini meningkat menjadi 80,95% pada siklus II. Ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I adalah sebesar 57,14% di mana terdapat 12 siswa yang tidak tuntas belajar dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 28 orang. Pada siklus II, tingkat ketuntasan belajar secara klasikal meningkat menjadi 82,14%. Terdapat 6 siswa dari jumlah keseluruhan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Dalam pelaksanaannya, penerapan model quantum teaching memerlukan persiapan yang matang untuk mendukung keberhasilan pembelajaran. Guru sebaiknya dapat mengatur waktu secara tepat sehingga pembelajaran dapat dilakukan sesuai waktu yang dialokasikan. Selain itu, pemilihan anggota kelompok hendaknya benar-benar dilakukan secara selektif agar siswa yang suka bergurau dan tidak aktif tidak ditempatkan dalam satu kelompok.