Kebijakan Pengayaan Budaya di Korea Selatan Pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun Hye
Abstract
Latar belakang dari penelitian ini adalah penekanan yang dilakukan oleh presiden Park Geun Hye untuk kebijakan pengayaan budaya. Kebijakan ini dalam pidato presiden dibuat untuk menghadapi perubahan ekonomi global yang menurut Tofler Bersaudara berada di tahap gelombang keempat. Penelitian ini menarik karena kebijakan kedua yaitu kebijakan pembangunan ekonomi seharusnya bisa menjawab tantangan dari perubahan ekonomi yang di mkasudkan Presiden Park, selain itu peningkatan studi pada ekonomi kreatif dalam ilmu hubungan internasional membuat peneliti tertarik untuk meneliti kebijakan pengayaan budaya. Penelitian ini membahas tentang Kebijakan Pengayaan budaya pada masa Presiden Park Geun. Permasalahan yang akan dibahas adalah mengenai apa motif dari Pemerintahan Presiden Park Geun Hye Merumuskan kebijakan Budaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif pemerintahan Presiden Park Geun Hye merumuskan Kebijakan Pengayaan Budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan Teori Kebudayaan Ned Lebow dan Konsep Pembangunan Berkelanjutan Neva Godwin. Menurut Ned Lebow ada beberapa motif dari Aktor Politik untuk merumuskan kebijakan. Rasa takut (Fear) adalah salah satu motif yang mendorong aktor untuk membuat kebijakan.. Rasa takut berasal dari perhitungan yang akan mengakibatkan kehancuran (Breakdown). Aktor politik yang mengalami ketakutan akan melakukan pencegahan untuk mengamankan posisi dan mendapatkan tambahan kekuatan (Better Arms). Perhitungan dari aktor politik dilatarbelakangi (Provoke) oleh kekuatan atau peristiwa yang lebih besar. Nafsu (Appetie) terdiri dari nafsu untuk mendapatkan keuntungan (Interest) dan Penghormatan (Honor). Keuntungan selalu yang sudah bisa dilihat hasilnya. Konsep Pembangunan Berkelanjutan menurut Neva Godwin adalah dengan menjaga modal Keuangan (Financial Capital), Modal alam (Natural Capital), Modal Produksi (Produced Capital), Modal Manusia (Human Capital) dan Modal Sosial (Social Capital). Modal dalam konsep Nave Goodwin tidak bisa di kategorikan dengan jelas. Modal Manusia harus dibuat dan dikembangkan melalui pendidikan pelatihan dan aspek lain dalam pengalaman hidup. Usaha meningkatkan modal manusia melalui pengetahuan memunculkan istilah baru yaitu modal pengetahuan (Knowledge Capital). Motif yang ingin dicapai oleh Presiden Park Geun Hye Merumuskan Kebijakan Pengayaan Budaya adalah Ketakutan terhadap Perubahan dari Ekonomi dan kapitalisme Global. Perubahan ini memiliki dampak yaitu tingginya pengangguran (High unemployment), pertumbuhan ekonomi yang rendah (Low Growht) dan Pendapatan yang tidak Merata (Income imbalance). Kebijakan Pengayaan Budaya berusaha untuk meningkatkan Modal Manusia di Korea Selatan. Melalui pengalaman hidup yang diwujudkan dengan program bus seni dan museum berjalan yang memudahkan akses terhadap budaya dan memberikan pertunjukan serta pembelajaran terhadap kesenian. Pendidikan dengan program beasiswa terhadap ilmu sosial dan budaya (Liberal Art) pembangunan nilai kemanusian di Korea Selatan. Dukungan terhadap modal manusia yang kreatif dengan berbagai program sebagai implikasi dari kebijakan Pengayaan Budaya. Presiden Park Geun Hye bahkan membuat UU untuk melindungi pekerja seni dibawah umur (minor). Karena serapan tenaga kerja di umur 13-19 yang bekerja di sektor yang berhubungan dengan kreatifitas adalah 124 ribu pada tahun 2012. Meskipun ada anggapan tabu terhadap pekerja dibawah umur di dunia internasional, Presiden Park tidak melakukan penghapusan karena pekerja ini adalah tambahan kekuatan untuk menghadapai pengangguran akibat dari perubahan ekonomi global. Motif selanjutnya adalah nafsu untuk mendapatkan keuntungan finansial. Ekonomi kreatif di Korea Selatan sudah dikenal dan Korea Selatan adalah sallah satu tujuan turis Mancanegara. Maka dengan pengayaan budaya diharapkan sektor ekonomi kreatif dan pariwisata di Koreas Selatan berkembang.