TOKSISITAS CAMPURAN EKSTRAK DAUN KETAPANG (Terminalia catappa L.) DAN DAUN AKASIA BERDURI (Acacia nilotica L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L. DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI KARYA ILMIAH POPULER
Abstract
Nyamuk Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk yang membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah dan juga dapat membawa virus zika penyebab penyakit mikrosefali. Penyakit demam berdarah dan mikrosefali menjadi ancaman terbesar bagi kesehatan penduduk Indonesia mengingat luas dan juga kondisi iklim di Indonesia yang mendukung bagi berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti L. Upaya menanggulangi penyakit ini masih dititikberatkan pada penggunaan larvasida sintesis yang memiliki dampak negatif bagi lingkungan, maka untuk mengurangi dampak negatif dari larvasida sintesis maka perlu mencari insektisida alternatif yang lebih ramah lingkungan berupa insektisida alami. Tanaman yang mempunyai potensi sebagai sumber larvasida alami adalah tanaman ketapang (Terminalia catappa L.) dan tanaman akasia berduri (Acacia nilotica L.). Penelitian Unnikhrishnan (2014) didapatkan LC50 ekstrak daun ketapang sebesar 166 ppm terhadap larva Aedes aegypti L. dan penelitian Saktivadivel dan Daniel (2008) didapatkan LC50 ekstrak daun akasia berduri sebesar 55,72 ppm terhadap mortalitas larva Anopheles stephensi. Oleh karena itu untuk meningkatkan toksisitas terhadap larva Aedes aegypti L. dilakukan pencampuran antara kedua ekstrak. Penelitian pencampuran dua ekstrak tersebut akan lebih bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi masyarakat umum jika disusun dalam bentuk karya ilmiah populer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa l.) dan daun akasia berduri (Acacia nilotica l.) dan campuran antara kedua ekstrak terhadap mortalitas larva Aedes aegypti L. dalam waktu dedah 24 jam. Penelitian dilakukan di Laboratorium Toksikologi Pendidikan Biologi, Universitas Jember. Penelitian diawali dengan pembuatan ekstrak, stok dan pengenceran untuk mndapatkan serial konsentrasi yang berbeda-beda, kemudian memasukkan 20 Larva Aedes aegypti L. pada setiap konsentrasi dan melakukan pengulangan sebanyak empat kali pada setiap konsentrasi. Pengamatan kematian Larva dilakukan dalam waktu dedah 24 jam dan menyusunnya sebagai karya ilmiah populer. Penentuan LC50 diperoleh dengan menggunakan analisis probit dengan program komputer Minitab 16. Hasil penelitian menunjukkan LC50 ekstrak daun Ketapang adalah 171,653 ppm, LC50 ekstrak daun Akasia berduri adalah 203,628 ppm, dan LC50 ekstrak campuran antara ketapang dan akasia adalah 65,5867 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa toksisitas campuran ekstrak daun Ketapang dan Akasia berduri lebih tinggi dibandingkan toksisitas ekstrak tunggalnya. Hasil indeks kombinasi menunjukkan angka 0,833 yang mengartikan bahwa campuran bersifat sinergis sedang. Kesinergisan tersebut disebabkan oleh cara kerja kerja yang berbeda pada masing-masing ekstrak. Pada ekstrak daun Ketapang terdapat senyawa kuinon yang bekerja sebagai racun kontak dan racun perut, sedangkan pada ekstrak daun Akasia berduri terdapat senyawa terpenoid yang bekerja sebagai racun perut dan racun pernapasan. Ekstrak ketapang dan akasia berduri sama-sama mengandung saponin dan tannin yang bekerja sebagai racun kontak dan perut, serta mengandung flavonoid yang bekerja sebagai racun pernapasan. Hasil penelitian kemudian dilanjutkan dengan pembuatan karya ilmiah populer dalam bentuk buku nonteks, dan divalidasi oleh satu ahli materi dah satu ahli media. Hasil validasi didapatkan rata-rata skor penilaian sebesar 80% yang menunjukkan bahwa karya ilmiah yang populer yang dibuat layak dan siap dimanfaatkan di lapangan sebenarnya untuk masyarakat umum.