dc.description.abstract | Ketersediaan dan proses manajemen bahan pembantu yang baik dalam suatu perusahaan tentunya akan memberikan dampak yang positif terhadap berjalannya suatu perusahaan. Perusahaan akan dapat melaksanakan proses produksi yang efektif serta efisien sehingga pada akhirnya nanti perusahaan dapat berkembang. Bahan pembantu merupakan unsur penting dalam proses produksi, tanpa ada bahan pembantu proses produksi tetap dapat berjalan namun tidak akan dapat menghasilkan suatu produk yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan bagaimana proses dari manajemen produksi pada perusahaan CV. Mega Tirta Sri Rahma kususnya pada manajemen persediaan bahan pembantu dan mengaplikasikan ilmu manajemen persediaan dengan metode MRP yang sudah di dapatkan dalam perkuliahan sehingga pada akhirnya nanti penelitian ini dapat mengkomparasikan lebih efektif dan efisien mana proses manajemen yang digunakan oleh perusahaan atau metode MRP. Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi dan wawancara mendalam dan tidak terstruktur dengan menggunakan analisis data metode MRP, penyajian dan penarikan kesimpulan.
Ketiga metode MRP yang ada yaitu , LFL (Lot For Lot), EOQ (Economic Order Quantity), PPB (Part Period Balancing) dan proses manajemen persediaan yang di gunakan oleh perusahaan masing–masing memberikan hasil yang berbeda. Metode EOQ, dimana setiap kali pemesanan untuk masing-masing item bahan baku merupakan jumlah dan frequensi optimal, namun mengingat jumlah pemesanan setiap kali produksi itu konstan (sebesar EOQ), maka menimbulkan biaya simpan yang tinggi. metode LFL, memang akan dilakukan pemesanan dengan frekuensi lebih banyak di bandingkan dengan kedua metode lainnya, namun tidak menimbulkan biaya simpan karena tidak terjadi penumpukan bahan pembantu di gudang. Bahan pembantu yang di beli pada minggu tertentu akan langsung habis untuk digunakan pada proses produksi saat itu juga. Metode PPB ini akan memungkinkan adanya biaya simpan seperti pada metode EOQ hal ini disebabkan metode PPB ini membatasi jumlah minimum pemesanan sehingga jika pada kasus lain terjadi bahan pembantu yang dibutuhkan lebih kecil dari biaya minimum EPP maka akan menimbulkan biaya simpan.
Hasil perbandingan memperlihatkan metode LFL dan PPB adalah metode yang paling efisien dalam proses manajemennya namun, jika dilihat dari segi kegunaan dan prosesnya maka metode LFL dengan biaya pengelolaan sebesar Rp. 35.068.000 merupakan metode yang paling efektif dan efisien untuk perencanaan kebutuhan bahan pembantu CV. Mega Tirta Sri Rahma, | en_US |