PENERAPAN METODE EKSPONEN HURST DAN BOX COUNTING PADA KASUS CURAH HUJAN
Abstract
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Dampak dari curah hujan diantaranya banjir, tanah longsor, angin putting beliung dan terganggunya sistem transportasi udara. Berdasarkan hal tersebut diperlukan studi tentang perilaku pergerakan curah hujan. Studi ini dilakukan agar perubahan curah hujan dapat diprediksi sehingga dapat membantu pemerintah maupun masyarakat dalam hal mitigasi bencana alam akibat curah hujan yang tinggi. Untuk meneliti hal tersebut dalam skripsi ini menggunakan metode eksponen Hurst dan box counting. Metode eksponen Hurst merupakan metode untuk menganalisa data runtun waktu. Sedangkan metode box counting adalah metode dengan perhitungan kotak. Dari nilai dimensi fraktal ini digunakan sebagai indikator untuk menguji kemungkinan dapat terprediksinya pola dinamika suatu data.
Data yang digunakan adalah data curah hujan dalam penelitian yang sebelumnya telah digunakan oleh Cahyani (2016) dan Aryani (2014) yaitu data curah hujan dibebrapa daerah pulau Lombok tahun 2008-2012 dan curah hujan stasiun Tanggul Kabupaten Jember tahun 2005-2015. Dalam skripsi Aryani (2014) dijelaskan bahwa dari lima kota di pulau Lombok, daerah Puyung, Sekotong, Tanjung bersifat anti-persistence, sedangkan daerah Cakranegara dan Sembalun bersifat persistence. Daerah Tanjung memiliki dimensi fraktal paling tinggi yaitu sebesar 1,789 sehingga pola data curah hujan di daerah ini sangat fluktuatif sedangkan Sembalun memiliki dimensi fraktal paling rendah yaitu sebesar 1,369 sehingga fluktuatif pola data curah hujannya sangat rendah. Ratri (2015) meneliti tentang penerapan metode box counting untuk identifikasi telapak tangan. Dari dua
puluh citra uji, yang berhasil diidentifikasi dengan benar adalah tujuh belas citra telapak tangan, dimana tiga belas diantaranya masuk pada kategori BA (benar dan ada) dan lainnya masuk di kategori BT (benar dan tidak ada) sedanglan untuk tiga citra telapak tangan uji sisanya diidentifikasi dengan salah. Persentase keberhasilan yang dihasilkan adalah 85%. Dari kedua metode ini akan digunakan pada penerapan kasus curah hujan yang nantinya bisa memprediksi pola pergerakan curah hujan.
Hasil analisa dengan bantuan progam Matlab yaitu menghasilkan nilai dimensi fraktal pada 5 stasiun yaitu untuk metode eksponen Hurst sebagai berikut 1,853, 1,6131, 1,7932, 1,7235, dan 1,9774. Hal ini menunjukkan pola pergerakan curah hujan pada 5 stasiun tersebut bersifat anti-persistence yang artinya pada bulan-bulan tertentu memiliki curah hujan yang tinggi namun pada bulan-bulan berikutnya curah hujan yang terjadi sangat rendah. Sedangkan berdasarkan metode box counting, 4 stasiun yaitu Puyung, Sekotong, Sembalun, dan Tanjung bersifat persistence yang artinya bila curah hujan pada bulan-bulan tertentu sangat tinggi maka pada bulan-bulan berikutnya akan cenderung memiliki curah hujan yang tinggi pula ataupun sebaliknya, sedangkan pada stasiun Tanggul bersifat anti-persistence yang artinya pada bulan-bulan tertentu memiliki curah hujan yang tinggi namun pada bulan-bulan berikutnya curah hujan yang terjadi sangat rendah.