dc.description.abstract | Dalam rangka melakukan perubahan kesejahteraan tersebut, banyak masyarakat yang mengadu nasib pergi ke kota-kota besar untuk mendapatkan pekerjaan yang dinilainya lebih layak untuk kesejahteraan hidupnya. Urbanisasi ini tentu akan berdampak pada ketimpangan pembangunan, tenaga-tenaga produksi yang ada didesa keluar dari desa sehingga didesa tersebut pembangunan dan industri kreatif menjadi tidak berjalan. Apabila kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka bukan tidak mungkin desa akan menjadi sepi dan kota akan menjadi padat seperti kondisi saat ini.
Desa enterpreneur merupakan pengembangan dari konsep desa mandiri. Desa enterpreneur adalah desa yang mampu menginisiasi untuk menjadi mandiri dan memberikan dampak positif bagi desa disekitarnya sehingga desa sekitarnya terdorong untuk menjadi mandiri. Banyaknya potensi desa yang belum dimanfaatkan oleh warganya karena ketidaktahuan akan potensi tersebut. Untuk mengetahui potensi tersebut perlu dilakukan analisa terhadap kemandirian desa dan potensinya. Di beberapa tempat, ada desa yang berhasil mengidentifikasi potensinya namun belum mampu mengembangkannya karena tidak adanya lembaga didesa yang memfasilitasi. Oleh karena itu, dalam membentuk desa enterpreneur haruslah memperhatikan aspek kelembagaannya
Masyarakat osing terbentuk dari perpaduan 3 suku yang ada disekitarnya yaitu Jawa, Madura, Bali. Melalui perpaduan karakter suku tersebut, masyarakat osing memiliki citra positif yaitu egaliter, terbuka terhadap perubahan, mencintai kesenian (Sutarto,2003). Slogan “laros jenggirat” yang berarti masyarakat osing bangkit merupakan semangat yang berpotensi untuk dapat menjadikannya sebagai masyarakat yang mandiri dan pekerja keras. Melalui slogan tersebut cukup banyak hal yang bisa digali dan dimanfaatkan untuk mewujudkan desa enterpreneur. Dengan pendekatan aspek budaya tersebut, akan menjadikan desa osing menjadi berdaya saing karena keunikan dan kemampuannya. | en_US |