HAJI KOPI: Paradoks Masyarakat Miskin Kawasan Perkebunan Kopi Kecamatan Silo Kabupaten Jember
Abstract
Buku ini menyajikan secara spesifik dan lengkap mengenai salah
satu warisan kolonial Belanda yang mampu menarik minat para investor
Eropa pada saat itu untuk memperkaya dirinya.Warisan kekayaan tersebut sampai saat ini masih dirasakan oleh masyarakat Desa Mulyorejo
sebagai pewaris tanaman kopi peninggalan keluarga Clemens Boon.
Penulis mampu menjelaskan rajutan mulai jaman kolonial sampai saat
ini dengan merefl eksikan munculnya budaya haji pada masyarakat Desa
Mulyorejo yang sempat diklaim oleh pemerintah Kabupaten Jember
sebagai desa miskin.
Buku ini memberikan informasi
bahwa kemiskinan pada sebuah wilayah tidak dapat dinilai hanya dari
bentuk fi sik rumah, pola makan dalam keluarga, fasilitas pendidikan
dan kesehatan. Ada banyak factor yang menyebabkan masyarakat
tidak membangun rumahnya, pola makan yang sederhana, tidak
dibangunnya fasilitas umum yang memadai sebagai akibat dari letak
geografi s yang sulit sehingga wilayah tersebut menjadi terisolir. Di
lain sisi kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh budaya yang hidup
di dalam masyarakatnya. Fakta membuktikan bahwa Desa Mulyorejo
Kecamatan Silo Kabupaten Jember merupakan wilayah yang terisolir
namun hampir 70 % penduduknya menunaikan ibadah haji, sebagai
refl eksi dari kuatnya budaya Madura yang sangat patuh pada fi gure kyai.
Dalam Bab I, penulis menguraikan dasar pikir teoritis orientasi
umum isi buku. Bab II berisi uraian tentang penelusuran pustaka dan
studi pendahuluan. Bab III berisi tentang uraian terbentuknya Desa
Mulyorejo, diperjelas dengan kondisi geografi s, demografi s, social,
budaya dan ekonomi. Penjelasan tersebut sangat bermanfaat untuk
mengetahui bagaimana kondisi sebenarnya mengenai Desa Mulyorejo
yang didiskreditkan oleh pemerintah Kabupaten Jember sebagai desa
yang masuk kategori miskin. Bab IV menguraikan tentang proses
historis munculnya tanaman kopi di Indonesia dan penanamannya di
Desa Mulyorejo.
Bab V menguraikan tentang peran kepala Desa Mulyorejo
yang mampu menumbuhkan rasa percaya diri masyarakatnya untuk
berswadaya membangun listrik tenaga Mikro Hidro dengan dana
milyaran rupiah. Gagasan itu muncul sebagai akibat tidak adanya
kepedulian dari pemerintah Kabupaten Jember untuk membangun
jaringan listrik di Desa Mulyorejo. Bab VI menjelaskan mengenai
munculnya budaya haji pada masyarakat Desa Mulyorejo. Bab VII
merupakan kesimpulan, merefl eksikan bagaimana sebenarnya kondisi
masyarakat Desa Mulyorejo yang sangat patuh pada fi gure kyai sebagai
magnit munculnya budaya haji.
Penghadiran buku ini dimaksudkan untuk mengantar dan
merangsang pembaca merefl eksikan bahwa kemiskinan tidak hanya
dilihat secara fi sik seperti rumah tempat tinggal yang sederhana, pola
makan sederhana, rendahnya pendidikan dan fasilitas kesehatan, dll,
tetapi letak geografi s yang terisolir yang menyebabkan masyarakatnya
enggan untuk membangun rumah dan fasilitas umum karena costnya
sangat tinggi. Pembaca juga digiring ke masa lalu untuk melihat kembali kejayaan perkebunan kopi khususnya dibawah pemerintahan kolonial
Belanda.
Collections
- LSP-Books [902]