MODEL PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DI WILAYAH PERKEBUNAN KABUPATEN JEMBER
Abstract
Kabupaten Jember sebagai salah satu wilayah eks Karesidenan Besuki dikenal sebagai wilayah endemik TB. Permasalahan klasik program TB di Jember adalah drop out pengobatan dan tingginya diagnostic delay yang disebabkan oleh patient delay. Tingginya diagnostic delay berimplikasi pada penularan TB di masyarakat. Proses endemisitas TB yang diikuti dengan peningkatan insiden MDR-TB di Kabupaten Jember mengerucut menjadi permasalahan yang mendesak untuk diteliti dan dilakukan pengembangan terhadap model rekayasa penanggulangannya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pedekatan mixed method di dua desa dari dua kecamatan yang tercatat memiliki prevalensi TB tertinggi di Kabupaten Jember. Kedua desa tersebut adalah Desa Kalisat Kecamatan Kalisat dan Desa Suboh Kecamatan Pakusari. Hasil identifikasi di lokasi penelitian menunjukkan bahwa karakteristik demografi cenderung sama, dimana struktur penduduk didominasi dengan kelompok usia produktif dengan jenis pekerjaan paling banyak adalah pekerjaan di bidang informal. Sebagian besar penderita TB memilih melakukan pengobatan di faskes maupun nakes praktek swasta, baik perawat, bidan maupun dokter. Namun demikian pada fase pertama hingga fase kedua masih ada pasien yang lebih memilih melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi) dengan mengakses obat-obatan dari warung atau toko obat terdekat. Kondisi ini berpeluang terhadap adanya keterlambatan diagnostic kondisi pasien yang pada akhirnya bisa berdampak pada proses penyembuhannya. Analisis jejaring sosial terhadap upaya penanggulangan TB di tiap wilayah menunjukkan bahwa tokoh agama merupakan komponen yang dianggap banyak berpengaruh terhadap upaya penanggulangan TB melalui proses penjaringan suspek serta upaya sosialisasi pencegahan TB. Namun demikian hasil analisis menggunakan social network analysis menunjukkan bahwa tokoh tersebut sebenarnya bukan menjadi tokoh sentral dalam upaya penanggulangan TB di ketiga wilayah tersebut. Kondisi ini mengindikasikan bahwa selain masih banyak pihak yang berpotensi untuk bisa berkontribusi terhadap upaya penanggulangan TB di wilayah perkebunan, intervensi yang efektif bukan pada level kecamatan, namun lebih masuk ke level desa.
Collections
- LRR-Hibah Bersaing [348]