dc.contributor.author | Hiskiawan, P | |
dc.contributor.author | Supriyadi | |
dc.date.accessioned | 2017-01-23T04:45:02Z | |
dc.date.available | 2017-01-23T04:45:02Z | |
dc.date.issued | 2017-01-23 | |
dc.identifier.uri | http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/79077 | |
dc.description | Fakultas MIPA
Universitas Jember
Jl. Kalimantan 37 Jember | en_US |
dc.description.abstract | Eksplorasi metode geolistrik merupakan salah satu metode dalam geofisika yang memiliki keunggulan menginventigasi bawah permukaan bumi dengan cara mengalirkan muatan listrik ke dalam bumi. Metode ini merupakan metode yang efektif untuk memantau bawah permukaan baik permukaan dangkal maupun permukaan lebih dalam. Pemantauan dangkal pada peneitian ini diaplikasikan untuk bidang kajian pertanian yaitu pada lahan perkebunan Tebu. Oleh karenanya metode ini dikenal sebagai metode geofisika pertanian atau agriculture geophysics. Pada penelitian ini telah dilakukan survey geofisika dengan menggunakan eksplorasi metode geolistrik menggunakan pola penjalaran muatan secara sounding dengan konfigurasi Schlumberger atau yang dikenal dengan 1D dan pola penjalaran muatan secara mapping dengan konfogurasi Wenner yang dikenal dengan 2D serta menggunakan variasi penjalaran muatan secara simultaneous dengan konfigurasi pole-pole yang dikenal dengan 3D. Keseluruhan pola penjalaran akan memberikan karakteristik data yang beragam dari bawah permukaan lahan perkebunan Hasil yang didapakan menunjukkan keberadaan top soil pada daerah penelitian, aliran jebakan akuifer dan volume kesuburan tanah pada lahan perkebunan tebu. Pemantauan lahan perkebunan tebu dilakukan di daerah lahan perkebunan tebu di kabupaten Jember. Lebar bentangan yang diguakan sejauh 80 meter dengan spasi 4 meter yang diaplikasikan untuk pemantauan dan pengukuran bawah permukaan untuk 1D dan 2D, sedangkan untuk pengukuran 3D dilakukan dengan bentuk persegi seluas 20 x 20 m dengan spasi 2m. Lebih jauh dapat diungkapkan bahwa untuk pengukuran konfigurasi Schlumberger telah tercapai kedalaman 17m dengan 3m merupakan daerah top soil, Konfigurasi Wenner tercapai kedalaman 15m dengan daerah pemetaan top soil secara berurutan sedalam 3m dengan penopang jebakan akuifer dibeberapa titik posisi lintasan, sedangkan untuk konfigurasi PolePole tercapai kedalaman 13m dengan kesesuaian volume top soil pada kedalaman 4m di beberapa penjuru mata anggin dan tampak jebakan akuifer di beberapa lokasi penelitian. Oleh karenannya hasil penelitian dapat menjadi rekomendasi teknis dalam penggunaan pupuk pada lahan perkebunan tebu khususnya di daerah kabupaten Jember. | en_US |
dc.description.sponsorship | Hibah Bersaing 2016 | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.relation.ispartofseries | Hibah Bersaing;2016 | |
dc.subject | Geolistrik | en_US |
dc.subject | Perkebuan Tebu | en_US |
dc.subject | Agriculture Geophysics | en_US |
dc.title | Rancang Bangun Geoagriculture Management Database Lahan Perkebunan Tebu Wilayah Kabupaten Jember Berdasarkan Metode Eksplorasi Geolistrik | en_US |
dc.type | Other | en_US |