PEMETAAN RISIKO BENCANA TANAH LONGSOR DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus di Wilayah PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Renteng Afdeling Rayap, Kabupaten Jember)
Abstract
Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering
terjadi di Indonesia dan umumnya sering terjadi di wilayah pegunungan serta pada
musim hujan. Data yang tercatat selama bulan Januari sampai dengan bulan Juni
jumlah kejadian bencana di Indonesia mencapai 1.107 kejadian bencana. Jumlah
kejadian bencana paling tinggi pada bulan Januari sampai dengan Juni 2015
sebesar 367 kejadian bencana yaitu bencana tanah longsor. PT. Perkebunan
Nusantara XII Kebun Renteng Afdeling Rayap yang terletak di Dusun Rayap,
Desa Kemuning Lor di sisi utara Kabupaten Jember, tempat tersebut memiliki
karakter topografi berbukit terjal hingga pegunungan dengan ketinggian 450-900
mdpl dan memiliki wilayah seluas 415, 6067 Ha. Menurut data BPBD Jember,
Dusun Rayap merupakan salah satu wilayah yang rawan terjadi bencana tanah
longsor. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan melalui observasi
dan wawancara, PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Renteng Afdeling Rayap,
Kabupaten Jember memiliki topografi kemiringan tanah landai (15°-25°) sampai
dengan bergunung (>45°), hal ini yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
tanah longsor di tempat tersebut.
Penelitian pemetaan risiko bencana tanah longsor di wilayah PT.
Perkebunan Nusantara XII Kebun Renteng Afdeling Rayap ini merupakan
penelitian deskriptif. Variabel penelitian ini antara lain adalah tingkat ancaman,
tingkat kerentanan, tingkat kapasitas, dan tingkat risiko bencana tanah longsor.
Dalam penelitian ini membutuhkan data primer dan data sekunder. Data primer
berupa data kapasitas yang didapat melalui wawancara dengan responden penelitian yang akan digunakan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai
data sekunder yang sudah didapat. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data
ancaman meliputi indeks parameter gerakan tanah, data kerentanan yang meliputi
data kerentanan ekonomi, kerentanan fisik, kerentanan lingkungan, dan
kerentanan sosial. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan pedoman kajian
risiko bencana menurut Peraturan Kepala BNPB (2012) dengan rumus risiko
bencana merupakan hasil kali antara ancaman dengan kerentanan dibagi kapasitas.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi tempat di wilayah wilayah PT.
Perkebunan Nusantara XII Kebun Renteng Afdeling Rayap dapat menimbulkan
risiko bencana tanah longsor. Tingkat ancaman bencana tanah longsor berada
dalam kelas tinggi, yaitu sebesar 1,00. Tingkat kerentanan bencana tanah longsor
berada dalam kelas sedang, yaitu sebesar 0,74. Tingkat kapasitas bencana tanah
longsor berada dalam kelas tinggi, yaitu sebesar >0,67. Dari ke-3 tingkat tersebut,
yaitu tingkat ancaman, tingkat kerentanan dan tingkat kapasitas, akan dihitung
dengan rumus risiko bencana. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa di
wilayah PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Renteng Afdeling Rayap memiliki
tingkat risiko sedang, yaitu sebesar 0,74.
Risiko bencana tanah longsor di wilayah perkebunan dapat dikurangi atau
diminimalisir dengan membangun kerjasama antar lembaga untuk melakukan
pendidikan kebencanaan pada karyawan dan keluarga karyawan yang tinggal di
mess perusahaan; memberikan pelatihan evakuasi atau simulasi kejadian bencana
kepada penduduk yang berada di daerah rawan bencana tanah longsor secara
bergantian dan bertahap untuk meningkatkan kapasitas masyarakat.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]