PENINGKATAN MASA SIMPAN PRODUK KERTAS MELALUI CROSSLINKING SELULOSA DENGAN ASAM TRIKARBOKSILAT MENGGUNAKAN MOLECULAR DOCKING
Abstract
Selulosa merupakan senyawa organik yang paling melimpah di atas bumi.
Pemakaian utama selulosa pada bidang industri adalah bahan baku pembuatan kertas.
Salah satu produk kertas adalah corrugated carboard yang diaplikasikan dalam
pengemasan produk holtikultura yang akan diekspor, seperti buah. Buah yang akan
diekspor biasanya dikemas menggunakan kardus, ditumpuk dan disimpan pada
tempat pendingin. Masa simpan kardus pada keadaan tersebut sangat singkat, karena
dipengaruhi pula oleh kondisi tekanan dan tekukan yang mempercepat kerusakan
kardus (Widsten et al., 2013). Sehingga, perlu dilakukan upaya peningkatan terhadap
kualitas kertas.
Strategi efektif untuk meningkatkan kualitas produk kertas adalah
penambahan wax (lilin) atau cosslinking dengan formaldehid (Caulfield ,1994).
Namun, menurut Widsten et al., (2013) penambahan keduanya tidak dianjurkan pada
beberapa negara karena alasan keamanan bagi kesehatan dan lingkungan. Sehingga
dilakukan crosslinking selulosa menggunakan asam sitrat yang dapat memberikan
sifat kuat pada polimer dalam keadaan kelembaban tinggi. Terdapat turunan asam
trikarboksilat selain asam sitrat, yaitu asam isositrat, asam akonitat, asam
trikarbalillat, dan asam trimesat, maka penelitian ini bertujuan mengetahui interaksi
antara selulosa dengan masing-masing asam trikarboksilat yang telah disebutkan
melalui metode molecular docking menggunakan program AutoDock Vina dan
AutoDock 4.2.6. Energi gibbs (gibbs energy of binding) yang paling rendah jika
dibandingkan dengan energi interaksi selulosa dan asam sitrat akan dipilih sebagai
crosslinker terbaik.
Widsten et al., 2013 telah melakukan penelitian ini secara eksperimen.
Perbedaan hasil penelitian antara eksperimen dan docking yaitu jenis ikatan. Hasil
penelitian eksperimen berupa ikatan kimia, sedangkan secara docking adalah ikatan
fisik. Molecular docking adalah metode yang digunakan untuk memprediksi model
ikatan secara eksperimental dan afinitas molekul kecil di dalam sisi ikatan pada
reseptor (makromolekul). Daerah docking dibatasi oleh gridbox dengan ukuran dan
posisi yang ditentukan.
Hasil docking selulosa dengan kelima Asam trikarboksilat menggunakan
AutoDock Vina dan AutoDock 4.2.6 menghasilkan trend yang mirip. Hasil AutoDock
Vina dari gibbs energy of binding yang paling rendah berturut-turut Asam trimesat,
Asam sitrat, Asam isositrat, Asam akonitat, dan Asam trikarballilat. Sedangkan hasil
dari AutoDock 4.2.6 dari gibbs energy of binding yang paling rendah berturut-turut
Asam trimesat, Asam isositrat, Asam akonitat, Asam sitrat, dan Asam trikarballilat.
Perbedaan hasil docking selulosa dengan kelima Asam trikarboksilat menggunakan
AutoDock Vina dan AutoDock 4.2.6 dikarenakan perbedaan struktur dari kelima
Asam tersebut, seperti letak gugus –OH dan ada atau tidaknya ikatan rangkap. Selain
itu, faktor yang juga mempengaruhi nilai energi gibbs adalah jumlah rotatable bond
atau TORSDOF (Torsional Degrees of Freedom). Semakin banyak jumlah rotatable
bond pada ligan, maka semakin sulit untuk mendapatkan posisi interaksi yang stabil.
Hal ini dikarenakan semakin banyak rotatable bond, maka akan semakin banyak pula
kemungkinan konformasi. Sehingga sulit untuk mendapatkan energi yang rendah.
Berdasarkan hasil docking pada kedua progam, Asam trikarboksilat yang
menghasilkan gibbs energy of binding terendah adalah Asam trimesat dengan jumlah
rotatable bond terendah, yaitu 6. Besarnya gibbs energy of binding yakni -4,2
kcal/mol pada AutoDock Vina dan -3,05 kcal/mol pada AutoDock 4.2.6. Selain itu,
struktur Asam trimesat yang mengandung benzena juga mempengaruhi gibbs energy
of binding. Struktur benzena yang dapat mengalami delokalisasi akan lebih stabil
daripada struktur Asam trikarboksilat lainnya.