STRATEGI MASYARAKAT DUSUN PANCER DALAM MENGHADAPI ANGIN BARAT DOYO
Abstract
Wilayah geografis Dusun Pancer berada pada daerah rawan bencana karena dusun Pancer berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, berada tepat di samping muara. Pada posisi kiri dan kanan, dusun Pancer diapit oleh perairan, samudera dan muara atau cacalan. Sehingga masyarakat rentan terhadap bencana yaitu, bencana tsunami dan gempa bumi, angin, dan naiknya air laut. Komposisi penduduk yang terlihat padat pemukiman menyebabkan suatu resiko bencana.
Secara umum daerah pesisir seperti Dusun Pancer berpotensi terhadap terjangan angin. Jika dalam kondisi yang ekstrim, maka angin ini akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Kerugian tersebut dapat dalam bentuk rusaknya rumah, perahu, dan bahkan dapat menimbulkan korban jiwa. Bencana angin yang melanda Dusun Pancer terkenal dengan sebutan bencana “angin barat doyo”. Angin Barat Doyo terjadi pada saat musim hujan yaitu pada bulan Desember, Januari dan Februari. Angin yang berhembus disertai dengan adanya hujan. Angin yang besar dan tidak dapat diprediksi terus terjadi selama 3 bulan.
Dampak dari angin barat doyo sangat berpengaruh terhadap aktivitas kehidupan masyarakat Dusun Pancer, seperti rusaknya rumah, perahu, dan bahkan dapat menimbulkan korban jiwa. Dalam kondisi inilah angin kerap menjadi bencana bagi masayarakat nelayan.Selama 3 bulan para nelayan tidak dapat melaut. Kebutuhan hidup sehari-hari jadi tidak terpenuhi. Selain itu, bencana angin barat doyo dapat menyebabkan kerugian dalam material. Hal ini memerlukan adaptasi dari masyarakat untuk bertahan hidup selama musim angin barat doyo.