EKSTRAKSI LOGAM ALUMINIUM (Al) DARI FLY ASH BATU BARA PLTU-PAITON DENGAN PELARUT NaOH
Abstract
Fly ash merupakan limbah padat hasil dari proses pembakaran batu bara
dalam furnace pada PLTU. Pemanfaatan limbah fly ash dapat dilakukan dengan
syarat harus mengetahui sifat fisik dan kimianya, sehingga dapat dilakukan
pemanfaatan secara optimal. Fly ash mengandung Al2O3 berkisar 14,52-23,78%
sehingga kandungan tersebut dapat dimanfaatkan. Aluminium adalah logam yang
ringan dan cukup penting dalam kehidupan manusia. Aluminium mudah
teroksidasi didalam udara bebas membentuk lapis tipis oksida (Al2O3) yang tahan
terhadap korosi. Pemanfaatan kandungan alumina dalam fly ash dapat dilakukan
dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut NaOH dan diikuti proses sinter
menggunakan Ca(OH)2 dan NaHCO3. Tujuan penelitian ini yaitu (1) mengetahui
endapan Al(OH)3 dari fly ash yang diperoleh saat proses pengendapan
menggunakan HCl pada pH 6 dan 6,5; (2) mengetahui pengaruh variasi suhu
reduksi terhadap logam Al yang diperoleh.
Sampel (Fly Ash) dari PLTU Paiton-Probolinggo sebanyak 150 gram
direndam dalam air panas suhu 100oC selama 2 jam dan dilakukan proses
pengasaman menggunakan asam sulfat 10%. Tahap selanjutnya adalah proses
ekstraksi untuk mendapatkan produk desilikasi, ekstraksi dilakukan dengan
menggunakan pelarut NaOH 8 M selama 150 menit pada suhu 95oC. Produk fly
ash desilikasi yang diperoleh kemudian diekstrak kembali dengan pelarut NaOH
20 M dan dicampur dengan Ca(OH)2 pada suhu 250oC selama 60 menit. Larutan
natrium aluminat yang diperoleh dari hasil ekstraksi kedua tersebut kemudian
dilakukan proses sinter menggunakan NaHCO3 pada suhu 95oC selama 2 jam.
Tahap selanjutnya adalah mengendapkan larutan natrium tetrahidroksi aluminat dengan menggunakan larutan HCl 4 M pada pH 6 dan 6,5 untuk memperoleh
endapan aluminium hidroksida. Proses selanjutnya adalah mereduksi endapan
aluminium hidroksida dengan reduktor Mg dengan variasi suhu 600-700oC
dengan interval 50oC selama 2,5 jam. Hasil reduksi diperoleh logam Al yang
kemudian dianalisis secara kualitatif menggunakan UV-VIS serta secara
kuantitatif menggunakan metode AAS dan XRF.
Hasil aluminium hidroksida yang diperoleh dengan perlakuan pH 6 adalah
1,581 gram dengan rendemen 61,830% dan dengan perlakuan pH 6,5 adalah 1,688
gram dengan rendemen 66,015%. Produk 600oC memiliki warna putih keabuabuan,
produk 650oC memiliki warna putih dan produk 700oC memiliki warna
putih keabu-abuan hampir sama dengan produk 600oC. Analisis kualitatif
dilakukan dengan menggunakan reagen spesifik untuk aluminium yaitu alizarin.
Hasil identifikasi secara kualitatif sampel reduksi fly ash dengan reagen spesifik
alizarin menunjukkan positif mengandung aluminium karena pada sampel
terdapat endapan berwarna merah. Pengukuran absorbansi alizarin menggunakan
UV-VIS dari area panjang gelombang 440-600 nm dengan interval 5 nm memiliki
panjang gelombang maksimum 495 nm dengan absorbansi 0,140. Sampel pH 6
dan 6,5 mengandung aluminium, karena sampel pada masing-masing suhu
menyerap ada panjang gelombang mendekati panjang gelombang maksimum
alizarin. Analisis kuantitatif pada penelitian ini menggunakan metode AAS untuk
menentukan kadar aluminium pada panjang gelombang 309,3 nm. Kandungan
alumina dalam fly ash sebesar 14,52%, pada penelitian ini berhasil mendapatkan
sebesar 8,667% untuk pH 6 dan 9,013% untuk pH 6,5. Sedangkan dengan metode
XRF diperoleh kadar 9,96% pada pH 6,5. Hasil tersebut menunjukkan masih
terdapat pengotor yang tersisa saat reduksi Pada pH 6 massa dan kadar Al(OH)3
yang dihasilkan lebih kecil yaitu 1,581 gram dengan kadar 37,024%, sedangkan
pada pH 6,5 lebih tinggi yaitu 1,688 gram dengan kadar 41,723%. Pada suhu
reduksi 600oC dan 700oC kadar dan rendemen logam Al yang diperoleh lebih
rendah daripada pada suhu reduksi 650oC.