PENGARUH TERAPI TAWA TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA (UPT PSLU) KABUPATEN JEMBER
Abstract
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur,
sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah
terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata
bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala
dan sering menguap atau mengantuk. Usia merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap kualitas tidur. Seiring dengan bertambahnya usia keluhan kualitas tidur
semakin meningkat. Wawancara terhadap 15 orang lansia di UPT PSLU Jember
didapatkan 11 lansia mengatakan sulit tidur di malam hari, bangun terlalu awal,
dan sering tidur pada siang hari. Lansia tersebut mengatakan mengalami sulit
tidur karena memikirkan keluarga yang jarang atau kadang tidak pernah
mengunjungi mereka.
Penatalaksanaan terhadap kualitas tidur yang buruk dapat dilakukan secara
non farmakologis. Penatalaksanaan non farmakologis sangat dianjurkan karena
tidak menimbulkan efek samping dan dapat memandirikan lansia untuk dapat
menjaga kesehatan mereka sendiri. Salah satu penatalaksanaan non-farmakologis
terhadap kualitas tidur lansia adalah terapi tawa. Terapi tawa (laughter therapy)
dapat mengaktivasi hipotalamus yang akan menghambat pengeluaran
Corticotropin Releasing Hormone (CRH) yang akan menurunkan sekresi ACTH
dan kadar kortisol dalam darah. Sekresi ACTH yang menurun akan merangsang
peningkatan produksi serotonin dan endorfin otak yang mengakibatkan perasaan
yang nyaman rileks, dan akan membuat seseorang mudah untuk memulai tidur.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh terapi tawa
terhadap kualitas tidur lansia di UPT PSLU Jember. Penelitian ini menggunakan
metode quasy experimental dengan rancangan randomized control group pretestx
posttest design. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling yang
melibatkan 30 responden yang dibagi menjadi 15 responden sebagai kelompok
perlakuan dan 15 responden sebagai kelompok kontrol. Terapi tawa dilakukan
sehari sekali selama tujuh hari berturut-turut selama 15-20 menit. Data dianalisis
menggunakan uji t dependent, wilcoxon, t independent dan mann-whitney dengan
α: 0,05. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dari kualitas tidur
lansia sebelum dan setelah terapi tawa pada kelompok perlakuan (p value: 0,001).
Pada kelompok kontrol hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
dari kualitas tidur pada lansia sebelum dan setelah terapi tawa (p value: 0,082).
Selanjutnya, ada perbedaan yang signifikan kualitas tidur lansia antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan terapi tawa (p value: 0,000).
Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh terapi tawa terhadap
kualitas tidur lansia di UPT PSLU Jember. Hal ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan kualitas tidur lansia pada kelompok perlakuan setelah dilakukan
terapi tawa. Berdasarkan hasil penelitian ini terapi tawa dapat diterapkan sebagai
salah satu intervensi non farmakologis untuk meningkatkan kualitas tidur lansia.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]