| dc.description.abstract | Penemuan dan pengembangan agen kemoprevensi kanker terus dilakukan oleh peneliti, baik yang berasal dari bahan alam maupun hasil sintesis kimia. Hal ini tidak terlepas dari meningkatnya angka kejadian kanker di dunia. Penderita kanker baru mengalami peningkatan dari 12,7 juta kasus pada tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus baru pada tahun 2012. Angka kematian akibat kanker juga meningkat dari 7,6 juta kasus pada tahun 2008 menjadi 8,2 juta kasus pada tahun 2012. Diperkirakan, dalam jangka waktu lima tahun ke depan, terdapat sekitar 32,6 juta penderita kanker baru Eksplorasi agen kemoprevensi kanker yang berasal dari bahan alam dapat dengan mudah dilakukan di Indonesia. Sebab, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik flora maupun fauna. Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi untuk terapi antikanker adalah Arcangelisia flava. Tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan dengan kategori rawan. Meskipun langka, A. flava dapat ditemukan di Taman Nasional Meru Betiri, Jember. Ekstrak metanol A. flava diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan sitotoksik terhadap larva udang dan sel kanker payudara MCF-7 terbesar dibandingkan ekstrak petroleum eter, kloroform, dan airnya, maupun jika dibandingkan dengan ekstrak Coscinium blumeanum dan Fibraurea tinctoria. Aktivitas  ini  diduga  disebabkan  oleh  kandungan  berberin  di  dalamnya.  Selain berberin, A. flava juga mengandung alkaloid palmatin dan jatrorrhizin. Ekstrak etanol A. flava juga mampu meningkatkan sistem imun tikus yang diberi doxorubicin. Oleh karena itu, A. flava memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai agen kemoprevensi kanker. Hasil penelitian tahun pertama menunjukkan bahwa ekstrak etanol  A.  flava  termasuk  dalam  kategori  sitotoksik  sedang  terhadap  sel  MCF-7, HeLa, dan WiDr, namun tidak toksik terhadap sel normal (sel Vero). Ekstrak etanol A.  flava  sangat  selektif  terhadap  sel  MCF-7  dan  WiDr,  namun  kurang  selektif terhadap sel HeLa. Hasil uji apoptosis menunjukkan bahwa sel mengalami kematian dengan mekanisme nekrosis, meskipun perlu dikonfirmasi kembali. Hasil uji in silico menunjukkan bahwa berberin memiliki afinitas paling stabil terhadap reseptor kinase dibandingkan  dengan  palmatin  dan  jatrorrhizin,  artinya  berberin  berperan  lebih banyak dibandingkan dua senyawa alkaloid dalam aktivitas sitotoksik dari ekstrak 
etanol A. flava. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan adanya peran dari senyawa lain selain alkaloid. Sedangkan penelitian tahun kedua adalah uji aktivitas kemoprevensi ekstrak etanol  A.  flava  dalam  penggunaan  kombinasi  dengan  agen  kemoterapi  (ko 1 kemoterapi) kanker pada berbagai sel kanker (sel kanker payudara, sel kanker leher rahim, sel kanker kolon) in vitro meliputi uji sitotoksisitas dan uji apoptosis. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol A. flava lebih baik digunakan dalam kombinasi dengan doxorubicin dibandingkan penggunaan tunggal. Sebab, kombinasi keduanya mampu menginduksi apoptosis lebih baik, sedangkan penggunaan tunggal akan memacu nekrosis, kematian sel kanker yang tidak diinginkan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menelusuri mekanisme molekuler yang memperantarainya | en_US |