HEGEMONI BUDAYA DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA HAMKA (THE CULTURAL HEGEMONY IN HAMKA'S TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK)
Abstract
Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan karya Hamka yang menceritakan tentang seorang pemuda Minangkabau yang tidak dapat menikahi gadis yang dicintainya dikarenakan oleh latar belakang sosialnya. Permasalahan tersebut digambarkan oleh Zainuddin sebagai tokoh utama yang tidak dapat menikahi Hayati. Adanya sistem kekerabatan Matrilineal dalam masyarakat Minangkabau tersebut yang menjadi dasar pembahasan budaya dalam novel. Penelitian ini memfokuskan pada hegemoni budaya yang terjadi dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dengan menggunakan teori hegemoni Gramsci sebagai landasan teori untuk mengetahui makna-makna budaya yang terdapat dalam novel tersebut. Hasil penelitian hegemoni budaya memaparkan bahwa unsur-unsur yang membangun hegemoni budaya dalam novel tersebut dipengaruhi oleh latar belakang dan pandangan dunia pengarang. Peran Belanda ketika menguasai Indonesia dan perlawanan dari Zainuddin membuat hegemoni yang dihasilkan tidak stabil karena hegemoni bersifat sementara. Hal tersebut menimbulkan proses negosiasi antara budaya Belanda dengan budaya lokal Minangkabau pada nilai sistem hegemoni masyarakat Minangkabau semakin merosot. Kelas dominan yang direpresentasikan oleh adat sementara kelas sub ordinat direpresentasikan oleh Zainuddin. Hasil analisis ini menunjukkan adanya simbol-simbol budaya dengan makna-makna yang melibatkan fakta sejarah yang menginspirasi Hamka dalam menggambarkan kondisi masyarakat Minangkabau pada saat itu.
Collections
- SRA-Humanities [343]