PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR UDARA BLIMBINGSARI KABUPATEN BANYUWANGI MENURUT STANDAR MANUAL AERODROME BAGIAN 139
Abstract
Kondisi Bandara saat ini memiliki panjang runway 1800 meter mampu
melayani pergerakan pesawat jenis ATR 72-600 dari maskapai Garuda Indonesia,
tetapi seiring berkembangnya waktu, jumlah penumpang di Bandara Blimbingsari
terus mengalami lonjakan sejak beroperasi. Penumpangnya mengalami peningkatan
signifikan sampai 1.308 % dari hanya 7.826 penumpang pada tahun 2011 menjadi
100.105 penumpang pada tahun 2015, Sehingga membuat pelayanan bandara
semakin ditingkatkan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan untuk fasilitas
bandara terutama penambahan panjang runway, kebutuhan taxiway, dan luas apron.
Pengembangan harus sesuai dengan standar yang berlaku. Untuk itulah perlu
diadakan rencana pengembangan dengan Manual Of Standards (MOS) yang
dikeluarkan oleh Direktorat jendral Perhubungan Udara. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui kondisi ditinjau dari sisi udara dan mengetahui rencana pengembangan
Bandar Udara Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan MOS Aerodrome
bagian 139.
Penelitian dilakukan di Bandar Udara Blimbingsari yang terletak di Desa
Blimbingsari, Kecamatan rogojampi Kabupaten Banyuwangi dengan pesawat rencana
adalah E-195 dan Boeing 737-400 untuk penerbangan domestik.
Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa kebutuhan panjang aktual runway
untuk memenuhi kebutuhan take off dan landing pesawat untuk pengembangan fase 1
adalah 2.597 meter untuk pesawat rencana E-195, Sedangkan panjang runway untuk
fase 2 adalah 3.027 meter untuk pesawat rencana B737-400 dengan lebar runway 45
meter. Untuk pengembangan panjang taxiway untuk pesawat rencana adalah sebesar
152,5 meter dari kondisi eksisting panjang taxiway 73 meter, sedangkan panjang
taxiway lebar taxiway adalah 14,94 meter, lebar minimum untuk bagian lurus
taxiway kode c adalah 18 meter, dengan lebar kondisi eksisting taxiway sebesar 18
meter maka lebar tersebut sudah memenuhi pesawat rencana tersebut. Kebutuhan
apron untuk pengembangan fase 1 adalah 138,1 x 76,65 meter untuk pesawat E-195
sedangakan 275,4 × 76,65 meter untuk pesawat rencana B737-400 dengan kondisi
eksisting dimensi 120 × 40 meter maka perlu dilakukan pengembangan apron.
Fasilitas alat bantu pendaratan yang dimiliki oleh Bandar Udara Blimbingsari
adalah runway side marking, threshold marking, aming point marking, runway
designation marking, touchdown marking marka taxi guideline, dan taxiway edge
marking. Dari hasil pengembangan didapatkan jarak aming point marking,
touchdown marking perlu dilakukan perbaikan. Standar pengoperasian suatu
aerodrome pelu dilaksanakan untuk keamanan dan keselamatan penerbangan, selain
fasilitas alat bantu pendaratan yang harus memadai, suatu aerodrome harus juga
memiliki penerangan yang memadai.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]