BERTAHAN HIDUP DALAM KUBANGAN LUMPUR (Studi tentang Korban Lumpur Lapindo di Desa Glagaharum Kecamatan Porong Sidoarjo)
Abstract
Peristiwa semburan lumpur panas lapindo terjadi pada tanggal 29 Mei 2006.
Desa Glagaharum merupakan salah satu desa yang terdampak peristiwa tersebut,
yaitu sebanyak ± 400 KK. Sebagian besar korban lumpur lapindo memilih untuk
pindah ke daerah lain dan sebagian lainnya memilih untuk bertahan di kawasan
lumpur lapindo. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengapa masyarakat
berusaha bertahan hidup di lingkungan lumpur lapindo desa Glagaharum. Tujuan dari
penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis mengenai alasan yang
dimiliki oleh masyarakat yang bertahan hidup di lingkungan lumpur lapindo desa
Glagaharum.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan lokasi penelitian di
desa Glagaharum, dan obyek penelitian masyarakat korban lumpur lapindo. Metode
pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk
memperoleh keabsahan data, dilakukan trianggulasi. Analisis data dilakukan dengan
metode deskriptif dan kategorisasi data dengan menemukan pola dan hubungan
kategori untuk penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, masyarakat korban lumpur lapindo
yang tetap bertahan hidup di desa Glagaharum mengalami kesulitan ekonomi yaitu
susahnya mencari pekerjaan, serta mengalami kesulitan air bersih yang telah dibantu
oleh pemerintah dan terkadang masyarakat membeli sendiri air bersih. Masyarakat
mengalami gangguan psikologis yaitu depresi berat dan traumatik, serta gangguan
kesehatan yang menyebabkan meninggal dunia. Ancaman yang dihadapi oleh
masyarakat di kawasan lumpur lapindo antara lain: tanggul penghalang lumpur jebol,
pipa gas milik pertamina meledak, kerusakan lingkungan, dan konflik sosial.
Masyarakat korban lumpur lapindo yang memutuskan untuk bertahan hidup di
desa Glagaharum, dikarenakan telah memiliki modal sebagai sumber kekuatan dalam
menghadapi arena pertarungan. Arena pertarungan tersebut terjadi di kawasan lumpur
lapindo khususnya desa Glagaharum. Modal yang digunakan sebagai sumber
kekuatan oleh masyarakat korban lumpur lapindo antara lain: orientasi modal sosial,
orientasi modal ekonomi, dan orientasi modal budaya.