HUBUNGAN ANTARA TIPE CINTA (LOVE TYPE) REMAJA SMA DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL BERISIKO HIV-AIDS DI KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER
Abstract
Masa remaja merupakan salah satu fase penting bagi perkembangan pada tahap-tahap kehidupan selanjutnya. Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta atau 26,67% diantaranya adalah remaja. Pemikiran dan perasaan tentang seksualitas mulai muncul dalam masa remaja seiring dengan pengalaman remaja ketika mengalami cinta pertama dan memiliki teman yang aktif secara seksual, sehingga rasa ingin tahunya tentang seksualitas mulai meningkat. Meningkatnya masalah-masalah seperti kehamilan remaja, pemerkosaan yang terjadi pada saat berkencan, dan penyakit seksual yang menular membuat hubungan romantis pada awal kehidupan ini menjadi dimensi yang penting dalam perkembangan individu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja, salah satunya adalah masalah cinta. John Alan Lee juga mendeskripsikan teori tentang cinta yang disebut teori Colors of Love. Teori ini menyatakan enam tipe cinta, mulai dari Tipe cinta primer yang terdiri dari tipe cinta eros, ludus, dan storge. Tipe cinta sekunder yang terdiri dari tipe cinta mania, pragma, dan agape. Tipe cinta John Alan Lee ini dapat diukur melalui Love Attitude Scale (LAS).
Saat ini, remaja mempunyai masalah sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialaminya. Mulai seksualitas hingga penyakit menular HIV dan AIDS. Sebanyak 46% remaja berusia 15-19 tahun sudah berhubungan seksual. Data Sensus Nasional bahkan menunjukkan 48-51% perempuan hamil adalah remaja dan diperkirakan ada 30-50 juta orang pengidap HIV yang belum menunjukkan gejala apapun, tetapi potensial sebagai sumber penularan. Jumlah kasus HIV-AIDS semakin tahun semakin bertambah. Di Indonesia secara kumulatif kasus HIV-AIDS mulai 1 April 1987 hingga 31 Desember 2012, jumlah HIV sebanyak 98,390, jumlah AIDS sebanyak 42,887. Jumlah HIV di provinsi Jawa Timur sampai dengan Desember 2012 sebanyak 12,862, dan jumlah AIDS sebanyak 6,900 jiwa. Untuk jumlah kasus HIV-AIDS di Kabupaten Jember hingga bulan Desember Tahun 2012 sebanyak 822 kasus. Pintu pertama HIV-AIDS adalah apabila dorongan seksual remaja disalurkan ke hal yang tidak tepat seperti perilaku seksual berisiko.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tipe cinta (love type) remaja SMA di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember dengan aktivitas seksual berisiko HIV-AIDS. Studi ini dilakukan pada 9 Juni 2016 sampai 16 Juni 2016, dengan jenis penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pelajar SMA Negeri 4 Jember dan SMA Katolik Santo Paulus Jember. Sampel minimal yang dapat mewakili dalam penelitian ini adalah 90 responden. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster random sampling dan pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner tipe cinta (Love Attitude Scale) dan kuesioner aktivitas seksual berisiko HIV-AIDS. Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah teknik analisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square pada derajat kemaknaan 95% (α = 0,05).
Responden penelitian mayoritas adalah perempuan yang berusia 16-18 tahun. Responden yang memiliki tipe cinta primer berjumlah 45 responden, sama dengan responden yang memiliki tipe cinta sekunder. Tipe cinta yang paling banyak dimiliki responden adalah tipe cinta pragma dan tipe cinta yang paling sedikit dimiliki responden adalah tipe cinta ludus. Aktivitas seksual berisiko yang dilakukan responden adalah berciuman mulut, oral sex, anal sex, dan hubungan seksual. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara tipe cinta (love type) remaja SMA dengan aktivitas seksual berisiko HIV-AIDS.
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti bagi sekolah adalah diharapkan menjalin kerjasama dengan beberapa pihak seperti dengan Komisi Penanggulangan Aids terkait perkembangan kasus HIV-AIDS dan pemeriksaan HIV-AIDS, tenaga kesehatan maupun psikolog dalam bentuk sosialisasi terkaitperkembangan biologis maupun psikologis remaja. Bagi guru bimbingan konseling untuk mampu meningkatkan layanan seperti sosialisasi maupun konsultasi mengenai ancaman pacaran yang tidak wajar dan dampak yang ditimbulkan seperti penyakit menular seksual.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]