dc.description.abstract | Ketoprofen atau asam (RS)-2-(3-Benzoilfenil)propionat merupakan golongan
obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) yang digunakan secara luas untuk mengurangi
nyeri dan inflamasi yang disebabkan oleh beberapa kondisi seperti osteoartritis dan
reumatoid artritis. Mekanisme kerja ketoprofen adalah menghambat kemampuan
tubuh untuk mensintesis prostaglandin. Dalam penggunaannya secara peroral
ketoprofen memiliki beberapa efek samping yaitu gangguan pencernaan dan gagal
ginjal.
Sistem penghantaran transdermal merupakan rute yang sangat potensial untuk
pemberian ketoprofen. Sistem penghantaran transdermal dapat digunakan untuk
mengurangi efek samping, meningkatkan bioavaibilitas, waktu aksi yang lebih lama
sehingga mengurangi frekuensi pemakaian. Salah satu bentuk sediaan transdermal
yaitu patch.
Patch merupakan sistem penghantaran obat melalui kulit untuk memberikan
dosis tertentu dengan menggunakan lapisan perekat. Patch dibagi menjadi dua tipe
yaitu membrane controlled system dan matrix controlled system. Matrix controlled
system dipilih karena memiliki beberapa keuntungan dibandingkan membrane
controlled system yaitu meminimalisir kerusakan polimer yang menyebabkan
terjadinya pelepasan obat dalam jumlah besar, proses pembuatan yang relatif lebih
mudah, cepat, dan murah. Polimer yang digunakan dalam penelitian ini adalah ethyl
cellulose (EC) sebagai polimer hidrofobik dan polivinilpirolidon (PVP) sebagai
polimer hidrofilik.
Salah satu masalah dalam formulasi suatu sediaan patch adalah kelarutan
bahan aktif. Ketoprofen praktis tidak larut dalam air sehingga diperlukan suatu metode
untuk meningkatkan kelarutan ketoprofen untuk memperbaiki sifat pelepasan dan penetrasi yaitu dengan cara dispersi padat ketoprofen dan polietilen glikol (PEG) 6000
dengan perbandingan 1:9 menggunakan teknik peleburan.
Masalah lain dalam formulasi sediaan patch adalah struktur dari stratum
korneum yang mempunyai struktur kompak dan sulit ditembus sehingga membuat
obat sulit berpenetrasi ke dalam kulit. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah
menggunakan senyawa-senyawa peningkat penetrasi. Propilen glikol dipilih sebagai
peningkat penetrasi karena lebih stabil secara kimiawi dan termasuk peningkat
penetrasi golongan kosolven.
Pada penelitian ini, dilakukan formulasi patch dispersi padat dengan
menggunakan propilen glikol sebagai peningkat penetrasi dan melihat pengaruh
penambahan propilen glikol sebagai peningkat penetrasi dengan dispersi padat yang
setara dengan 2,5% ketoprofen terhadap kemampuan laju penetrasi dan sifat fisik
transdermal patch. Evaluasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi
pengujian organoleptis, bobot, ketebalan, ketahanan lipat, pH permukaan, penetapan
kadar ketoprofen dalam sediaan patch, persen moisture content, dan laju penetrasi.
Hasil pengujian laju penetrasi menunjukkan bahwa fluks F0<F1<F2<F3
dengan nilai fluks berturut-turut sebesar 0,5258 μg/cm2.menit; 0,6934 μg/cm2.menit;
0,8042 μg/cm2.menit; dan 1,1260 μg/cm2.menit. Hasil pengujian persen moisture
content menunjukkan bahwa nilai persen moisture content F0<F1<F2<F3, dengan
nilai berturut-turut sebesar 1,17%; 1,27%; 1,33%; dan 1,43%. Sediaan dispersi padat
patch ketoprofen dengan jumlah propilen glikol 150 mg yaitu F3 merupakan formula
paling baik sebab memiliki laju penetrasi yang paling tinggi dan persen moisture
content yang memenuhi persyaratan. | en_US |